
itnmalangnews.id – Beberapa tahun terakhir, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengikuti kontes robot terbang. Meski belum meraih hasil sebaik kontes kapal dan mobil, namun pencapaian tim robot terbang Teknik Mesin S-1 terbilang memuaskan. Siti Umami Purnamasari, satu-satunya mahasiswi yang tiga tahun tergabung dalam tim Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) ITN Malang berturut-turut pun berbagi cerita.
Siti Umami Purnamasari (tengah) beserta tim bersiap bertanding di Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019. (Foto: hmms1_itnmalang for itnmalang_news)
Baca juga: www.itn.ac.id
“ITN Malang ikut mulai tahun 2016, kalau saya sendiri ikutnya mulai 2017. Waktu 2017, desain kami termasuk desain terbaik. Tahun selanjutnya saat lomba di Lampung kami masuk lima besar. Terakhir, 2019 kemarin di Pasuruan kami dapat nomor tujuh. Penyelenggaraannya kurang maksimal juga menurut kami,” ucap Umami mengawali ceritanya.
Pada Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019, ia terpilih menjadi ketua tim ITN Malang. Ia dan para peserta lain merasa kurang puas karena kendala alam yang terjadi. “Pesawat bisa terbang dengan maksimal kalau melawan arah angin. Di sana garis start searah dengan angin. Curah angin juga melebihi regulasi karena mencapai 14 Knott, regulasinya hanya 12 Knott. Di hari pertama tidak ada pesawat yang bisa terbang. Ada pula yang saat dilontarkan (diterbangkan) malah terbalik. Di hari kedua bisa terbang tapi gagal landing,” kenang alumnus SMKN 1 Gempol ini.
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan setiap tim tidak bisa menunjukkan performa terbaik mereka, termasuk ITN Malang. Oleh sebab itu, mahasiswi angkatan 2016 tersebut berpesan agar para adik tingkat konsisten mengikuti kompetisi dan terus meningkatkan prestasi.
Baca juga: Masuk Lima Besar, Robot Terbang ITN Malang Satu-satunya Tim PTS di KRTI 2018
Baca juga: Pameran Teknologi dan Perlombaan Ajang Milenial Berekspresi
“Pesawat menjadi tantangan tersendiri. Regenerasi perlu dipersiapkan lebih matang karena riset tidak cukup 1-2 bulan, paling tidak butuh 1 tahun terakhir,” ungkap Umami.
Adapun proses persiapannya juga tidak mudah. Tahun 2019, tim sampai harus berlatih di Bali bersama alumni. “Riset dulu, baru bikin di lab. Setelah itu harus berlatih di lokasi yang memadai. Ada dua kategori untuk lomba, racing plane alias balapan dan fixed wing lebih ke pemetaan. Semoga tahun-tahun selanjutnya ITN Malang bisa berprestasi lebih baik lagi,” pungkas Umami. (ata)
Ternyata ada cewek cantiknya juga ya min mesin hehe