Jatuh Empat Kali, Cerita Dibalik Pesawat ITN Malang Yang Masuk Sebelas Besar Nasional

itnmalangnews.idPesawat ITN Malang yang dibuat oleh U.A.R.T (Uber Allies Roboplane Team) finish dalam sebelas besar nasional. Jika dilihat dari urutan ini tentu saja masih perlu usaha keras yang lebih lagi. Namun cerita dibalik itu semua sungguh mengesankan, bahwa betapa tidak mudah untuk masuk dalam sebelas besar ini.

Cerita Dibalik Pesawat ITN Malang Yang Masuk Sebelas Besar NasionalKiki Darmawan, ketua tim, menceritakan bagaimana proses perjuangan yang dilalui oleh para anggota timnya. Dalam lomba yang diselenggarakan di lapangan TNI AU Pasuruan tersebut, mula-mula tim harus mengirim proposal ke panitia, setelah itu mengirim kelayakan wahana yang akan dilombakan. “Tahap ini kita harus ngirim video terbang pesawat, untuk dinyatakan boleh ikut lomba,” lanjut pemuda asal Bali tersebut.

Nah, untuk menunjukkan video ini, tentu tim terlebih dahulu harus membuat pesawat. Di sini kerja keras dan kekompakan dibutuhkan lagi, perlu membuat desain, membeli mesin pesawat yang harus inden dulu ke Taiwan, lalu merakitnya. Perakitan sendiri dilakukan di Surabaya selama satu setengah bulan. Selama itu tim harus bolak balik Malang-Surabaya. “Sebenarnya capek, tapi gimana. Kita ingin memberikan yang terbaik,” lanjut mahasiswa Teknik Mesin itu.

Setelah beres perakitan jadilah pesawat dengan berat 2 kilogram, panjang sayap 1,7 meter, dan panjang badan 1 meter. Ukuran ini sudah sesuai kriteria lomba. Setelah itu pesawat berwarna merah dan kuning itu dilakukan uji coba di lapangan aero modelling pakuan city Surabaya. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan 100 kilometer perjam.

Kemudian, proses perlombaan digelar pada 16 hingga 21 Oktober. Sebelum lomba, peserta diperbolehkan melakukan uji coba lapangan. Saat itu tim ITN Malang uji coba terjadi angin ribut, maka pesawatnya jatuh dan badan pesawat hancur. Alhasil, malam harinya para mekanik ngebut membuat bodi. “Malamnya empat orang mekanik: Azwar Hakim, Ananda Putra, Andreas Kelvin T kerja keras membuat bodi karena hancur, sementara pilot Egie Hendra Jaya dan Co-Pilot Siti Umami Purnamasari, harus istrirahat untuk lomba besoknya,” terang Kiki.

Baca: ITN Malang Sabet Tiga Medali dalam Taekwondo International Invitation 2017

Baca: VCC ITN Malang Sabet Medali Silver di Ajang Penabur International Choir Festival 2017

Pada hari pertama, pesawat ITN Malang diadu cepat pada jarak 500 meter bolak balik atau 1 kilometer totalnya. Jarak ini dibagi 100 meter untuk take off dan landing, dan 400 meternya untuk untuk terbang autonomous. “Jadi saat mau take of pesawat dikendalikan oleh Pilot, setelah terbang langsung diserahkan ke Co-Pilot yang mengatur gerak automousnya, setelah mau landing kembali diserahkan ke Pilot,” terang Egi Hendra Jaya. Disitulah koordinasi antara Co-Pilot dan Pilot dibutuhkan. Hari pertama ini ITN Malang berhasil merahih best time, dengan melahap jarak race hanya dalam waktu 55 detik.

Namun sayang pada perlombaan selanjutnya, angin ribut merusak harapan anak-anak kampus biru. Pesawatnya sempat jatuh tiga kali selama lomba, selain pada saat uji coba. Tetapi perjuangan mereka luar biasa, hingga membawa timnya masuk dalam sebelas besar nasional. (her)

(Visited 353 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *