itnmalangnews.id – Sebuah ironi yang dialami Malang Raya adalah Sumber Daya Air terancam tapi bencana terkait air seperti banjir juga mengancam. Hal tersebut diungkapkan oleh dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Mohammad Reza, ST, MURP.
Mohammad Reza, ST, MURP dosen PWK ITN Malang, (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
“Kondisi di Malang Raya miris. Debit air berkurang. Tidak hanya sumber mata air di Malang, tapi juga di Batu. Brantas dari aliran mata air ke waduknya pun kian memprihatinkan,” kata Reza, Selasa (17/12).
Beberapa penyebab krisis kualitas dan kuantitas Sumber Daya Air meliputi penggunaan lahan sekitar, pengelolaan sumber mata air, serta penumpukan sampah. Mahasiswa PWK ITN Malang dari angkatan 2016, 2017, dan 2018 mengemas pelaporan itu dalam dokumentasi-dokumentasi yang relevan. Ini merupakan tugas mata kuliah Perencanaan Kawasan serta Analisis Lokasi dan Pola Ruang yang salah satu dosennya adalah Reza. Kemudian, hasil pelaporan disajikan dalam ekshibisi di depan Gedung PWK.
“Tugasnya mengidentifikasi potensi dan masalah sumber mata air dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Ini isu sejak lama, tapi kami ingin mengingatkan dan meningkatkan kesadaran publik dimulai dari mahasiswa. Hasilnya didokumentasikan dari berbagai sudut pandang terkait isu konservasi. Selama pengerjaan, otomatis mereka ikut berinteraksi dengan pengelola. Untuk angkatan 2018 pun mencantumkan desain perencanaan yang sesuai kaidah tata ruang,” paparnya.
Reza mengingatkan kalau isu terkait air akan merembet ke mana-mana. Dikarenakan air adalah bagian dari hidup manusia, masalah pada air tentu berdampak besar terhadap manusia. “Dampaknya ke mana-mana. Kelangkaan air membuat air makin mahal atau sulit mengakses. Kalau sampai kering, bisnis bercocok tanam seperti pertanian ikut sulit. Pengamatan juga menunjukkan permukaan air waduk semakin surut, lama-lama hal ini mengancam bisnis perikanan air tawar,” urai dia.
Baca juga: Mahasiswa ITN Malang Ikut Saber Pungli Nyemplung Kali
Baca juga: Malang Jantungnya Jawa Timur Sejak Zaman Belanda
Ia menambahkan kalau perilaku manusia sangat berpengaruh terhadap air. Mirisnya, hingga sekarang masih banyak yang melakukan kekeliruan. “Seharusnya alur sanitasi tidak langsung dibuang ke sungai karena akan mencemarinya. Begitu pula sampah yang menumpuk, kalau dangkal pemerintah akan mengeruk tapi harganya mahal. Sumber mata air pun seharusnya dikonservasi, boleh dibuat wisata tapi dengan teknis dan cara tertentu, jangan langsung dicemplungin,” ungkapnya.
Tugas dan ekshibisi kali ini baru langkah awal. Reza membeberkan rencana lanjutan dalam rangka peningkatan kesadaran publik terkait Sumber Daya Air. “Sebenarnya regulasi tentang konservasi sudah ada, tapi penegakan yang belum maksimal. Kami berharap mendokumentasikan lebih besar, kalau bisa tiap tahun beda. Setelah itu dirilis dalam bentuk buku dan menggelar semacam diskusi untuk menambah pengetahuan masyarakat,” ucapnya. (ata)