itnmalangnews.id – Bencana banjir yang melanda Kota Malang akhir-akhir ini turut dipengaruhi oleh alih fungsi lahan. Perkembangan yang pesat dalam hal pembangunan menyingkirkan lahan hijau dan penyerapan air. Berkurangnya lahan ini turut mengurangi air hujan yang terserap sehingga kelebihannya menggenangi permukiman.
Rektor ITN Malang, Dr.Ir, Kustamar, MT menjadi pembicara Seminar Nasional FTSP ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
Prof.Dr.Ir. Mohammad Bisri, MS, dari Universitas Brawijaya mengenang alam Kota Malang tempo dulu. Ia memaparkannya pada Seminar Nasional Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Kamis (31/10).
“Dulu di jalan Bogor ada saluran air yang sekarang ditimbun menjadi perumahan. Banyak juga waduk yang habis, ganti jadi mall,” cerita Bisri.
Ia menilai jika menganut konservasi air, seharusnya Kota Malang tidak banjir. Namun, model tata ruang yang hendak dipilih pemerintah kurang mengoptimalkan fungsi tersebut. “Tata ruang kota tak boleh hanya fokus pada ekonomi industri alias kurang meperhatikan lingkungan. Contoh kepedulian pada lingkungan yaitu pengembangan Daerah Aliran Sungai harus terkendali. Pengembangan RT/RW harus meperhatikan sumber daya air. Teknologi konservasi air perlu diterapkan,” paparnya lebih lanjut.
Selain Bisri yang menunjukkan model tata ruang modifikasi buatannya, ada satu lagi ahli pengairan yang menjadi pembicara seminar. Ia adalah Rektor ITN Malang, Dr.Ir. Kustamar, MT. Kustamar membuat model sumur resapan fungsi ganda yang bisa digunakan untuk menginjeksi air tanah.
Baca juga: Prihatin Curah Hujan Tinggi, Pakar ITN Malang Suarakan Sumur Resapan
Baca juga: Rektor ITN Malang: Pencegahan Banjir dengan Pemberdayaan Masyarakat
“Sumur resapan ini multifungsi. Kalau musim hujan tidak banjir, kalau musim kemarau tetap bisa teririgasi. Yang perlu diperhatikan adalah lapisan filter agar air tanah tidak terkotori saat menginjeksi,” ujar Kustamar.
Ia juga menyarankan kolaborasi antar jurusan agar tempat konservasi air bisa menjadi destinasi wisata. Salah satu pertimbangan Kustamar adalah agar masyarakat berpartisipasi merawat. “Masyarakat akan lebih mendukung jika ekonomis dan efisien tapi tetap ekologis. Minimal mereka tidak akan buang sampah sembarangan lagi di sana,” jelasnya. (ata)