
itnmalangnews.id – Manfaat kekayaan intelektual dapat dirasakan oleh semua kalangan yang memilikinya. Begitu pula dalam skala perguruan tinggi. Selain merupakan poin tambah bagi penilaian akreditasi, kekayaan intelektual juga dapat menghasilkan keuntungan material bagi dosen, mahasiswa, maupun mitra yang terlibat.
Dr. F. Yudi Limpraptono ST,MT, Wakil Rektor I ITN Malang (kiri) bertukar souvenir dengan Arif Zainudin, M.IP, Kepala UPT Inovasi dan Publikasi Ilmiah UPS Tegal. (Foto: Ata/itnnews)
Baca juga: www.itn.ac.id
“Dari tujuh rezim kekayaan intelektual, di Indonesia jumlah merek lebih besar ketimbang paten dan desain industri. Ke depannya paten yang akan lebih dikejar. Merek sekadar memberikan perlindungan, kalau paten sudah ada royalti. Namun komersialisasi merek tetap melipatgandakan keuntungan, contohnya seperti perbandingan harga kopi pinggir jalan dan kopi bermerek terkenal,” jelas Dimas Indra Laksmana, ST,MT, Ketua Sentra Kekayaan Intelektual (KI) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Senin (09/09).
Siklus pengelolaan kekayaan intelektual adalah sebagai berikut; riset dan pengembangan, aset intelektual, komersialisasi, dan pendapatan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Indra, keuntungan yang dimiliki paten menyebabkan akademisi ingin membuatnya. Meski begitu, menurutnya belum semua akademisi mengerti apa saja yang dapat dikategorikan sebagai paten.
“Paten berupa produk atau proses. Dalam membuatnya, kita perlu melihat paten pembanding biar tahu adanya peningkatan dalam produk. Sekarang bukan zaman penemuan, tetapi meneruskan yang sudah ada. Tidak ada yang benar-benar baru, hanya ada gabungan penemuan sebelumnya. Data paten di atas enam bulan pun sudah tidak termasuk baru,” papar Indra.
Hal tersebut didiskusikan saat Sentra KI ITN Malang dikunjungi oleh Tim Inovasi dan Publikasi Ilmiah Universitas Pancasakti (UPS) Tegal, Senin (09/09). Tim yang datang terdiri atas lima orang di mana dua di antaranya merupakan kepala dan sekretaris Unit Pelayanan Terpadu (UPT). Di universitas tersebut, Sentra KI masih tergabung dalam UPT Inovasi dan Publikasi Ilmiah. Namun karena beban kerja sudah dirasa tinggi untuk standar UPT, mereka bersiap melangkah ke arah sentra.
Baca juga: Digandeng Kemenristekdikti, Rektor ITN Malang Support Tingkatkan Jumlah Paten Dosen
“Kami datang khusus untuk belajar tentang Sentra KI, mengingat ITN sudah banyak paten dan publikasi. Awalnya berencana datang sepuluh orang termasuk rektor, tapi mendadak rektor harus ke luar negeri dan beliau titip salam. Mudah-mudahan kerja sama kita dapat berlanjut,” ujar Arif Zainudin, M.IP Kepala UPT Inovasi dan Publikasi Ilmiah UPS Tegal. (ata)