
itnmalangnews.id – Justino dos Santos, seorang mahasiswa internasional Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menganggap program kegiatan The World Indonesianist Congress yang diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta berperan dalam bidang seni budaya. Sebab, mahasiswa yang melanjutkan studi di negara lain dapat mengenalkan seni budaya negaranya serta sebaliknya. Mahasiswa asal Timor Leste tersebut memaparkan gagasan ini dalam paper.
Justino dos Santos (berdiri paling kanan) bersama mahasiswa internasional lainnya. (Foto: Istimewa)
Baca juga: www.itn.ac.id
“Paper saya dispesifikkan pada Indonesia dan Timor Leste. Dengan menjadi mahasiswa internasional, kami bisa mempromosikan Timor Leste ke Indonesia. Dan saat kami pulang, kami bisa mempromosikan Indonesia ke Timor Leste. Cakupannya banyak, mulai adat, seni, budaya, dan lain-lain,” kata mahasiswa yang biasa dipanggil Atino tersebut ketika diwawancarai di ruang Humas, Selasa (22/10).
Salah satu seni budaya Timor Leste yang dibahas Atino adalah tais. Jika Indonesia punya batik, Timor Leste punya tais. Kain ini ditenun oleh perempuan-perempuan Timor Leste. Setiap daerah memiliki ciri atau motif tersendiri. Tais dulu digunakan hanya pada acara lamaran adat, tetapi sekarang tais semakin modern. Ia bisa digunakan untuk membuat baju, tas, dan aksesoris lain.
Paper ini dipresentasikan Atino dalam kongres mahasiswa internasional se-Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta, 14—15 Oktober 2019. Di hadapan sekitar mahasiswa internasional dari kampus se-Indonesia, Atino tetap merasa percaya diri.
Baca juga: Mohammad Reza: Seni dan Teknik Saling Terkait Lahirkan Karya Batik Unggulan
Baca juga: Uniknya Batik Karya Arief Setyawan, Motifnya Aktifitas Kegiatan Planologi
“Ini pertama kali saya ikut konferensi dan bertemu teman-teman baru dari berbagai negara asal. Saya kurang menguasai bahasa Inggris, tapi tetap pede biarpun di tengah presentasi dicampur dengan bahasa Indonesia. Dan sayangnya saya tidak bawa tais karena memang dulu tidak terpikirkan untuk bawa ke Indonesia,” ujar mahasiswa Teknik Sipil semester 7 ini.
Dia lalu berpesan untuk para mahasiswa internasional, khususnya di ITN Malang agar mengikuti forum sejenis. Menurut Atino, kegiatan yang ia ikuti amat berharga. “Teman-teman mahasiswa internasional coba ikut kegiatan serupa. Bisa menambah wawasan, teman, bahkan memperkuat goals. Jangan takut biarpun bahasa Inggris kurang lancar, di sana akan teratasi dengan sendirinya,” ajak Atino. (ata)