itnmalangnews.id – Memang tidak mudah untuk menyandang gelar terbaik. Seperti yang dialami oleh Monsar Marito SIR, wisudawan terbaik jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Monsar, sapaan akrabnya, bahkan pernah tidak tidur dua hari hanya untuk mengerjakan tugas dari dosennya. “Memang kita itu punya tiga tugas besar yang harus turun ke lapangan. Itu butuh bayak waktu, dan kita harus lulus setiap tugas,” terangnya saat ditemui di ruang humas ITN Malang.
Pemuda kelahiran Kupang itu sebenarnya tidak menduga bahwa dirinya akan menjadi yang terbaik. Karena sejauh ini dia hanya fokus dan menikmati proses belajar. Dia memiliki jadwal rutin untuk belajar setiap jam 4 pagi, setelah itu bersih-bersih dan berangkat kuliah. “Waktu belajar rutin saya pagi, sudah terbiasa sejak berada di asrama di Kupang. Kalau sepulang kuliah biasanya evaluasi pelajaran di kelas dan istirahat,” terang pria yang hobi nyanyi tersebut.
Adapun skripsi yang dibuat sebagai tugas akhir adalah tentang penanda khusus untuk perempuan di ruang publik. Menurut Monsar sejauh ini perempuan di ruang publik selalu kalah dengan laki-laki, beberapa tempat publik justru tidak menyediakan tempat kebutuhan khusus untuk perempuan seperti untuk menyusui. Sehingga tak heran jika banyak perempuan yang menjadi korban pelecehan para lelaki.
Anak Theofilus SIR itu melakukan penelitiannya di alun-alun Merdeka Kota Malang. Mula-mula dia mengamati jumlah perempuan yang datang ke alun-alun kebanggan masyarat Malang itu dalam setiap harinya. Dia mendapati sebanyak 1000 perempuan lebih setiap harinya yang mengunjungi alun-alun mulai pukul 06.00 hingga 23.00. “Meskipun banyak perempuan yang ke sana tapi tidak ada pemisahan, ini kurang baik buat perempuan,” terangnya.
Untuk itu Monsar kemudian membuat simulasi di alun-alun itu dengan membagi areal itu ke dalam lima segmen. Segmen I di depan kantor pos, segmen II di depan KPPN, segmen III deket Ramayana, segmen IV sekitar pos polisi, segmen V di tengah. Dalam segmen ini ditemukan yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung perempuan adalah segmen 1 dan V. “Karena itu saya memberikan pemetaan di situ, dan hasilnya positif. Namun pemisahan ini bukan dipsahkan secara ekstrim, ini hanya sebatas penanda,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Monsar juga menceritakan perjalanan hidupnya hingga berlabuh di ITN Malang. Awalnya ingin masuk di jurusan kedokteran, tapi nasib belum berpihak. Dia juga mencoba di STAN, tetapi lagi-lagi belum rejeki. Akhirnya, sang ayah yang juga bekerja di dinas pendidikan di Kupang menyarankan untuk masuk ITN Malang dengan jurusan perencanaan wilayah dan kota. “Ayah menyuruh ke PWK ITN Malang, karena memang bidang ini sangat prospek di daerah saya,” kata pria yang berencana lanjut S2 itu. (her)
Hebat monn