Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) ITN Malang, dan Orang Muda Katolik (OMK) melakukan visualisasi Jalan Salib bersama umat Gereja St Thomas Aquinas ITN Malang. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Umat Katolik Unit Pastoral Gereja St Thomas Aquinas melakukan prosesi visualisasi Jalan Salib di lingkungan gereja yang berada di area Kampus 2 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang), Jumat pagi (29/03/2024). Prosesi tersebut merefleksikan kisah dan wafatnya Yesus Kristus yang dilaksanakan pada Jumat Agung pada kenaikan Isa Almasih atau wafatnya Yesus Kristus. Acara ini masih dalam rangkaian peringatan Tri Hari Suci Paskah, yang terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci.
Visualisasi Jalan Salib diperankan oleh Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) ITN Malang, dan Orang Muda Katolik (OMK). Mereka melakukan visualisasi Jalan Salib mulai dari gedung teknik elektro dan berakhir di lapangan kecil di depan Gereja St Thomas Aquinas ITN Malang. Visualisasi Jalan Salib kali pertama digelar ini menarik perhatian umat. Selain dari kalangan sivitas akademika ITN Malang, Jalan Salin juga diikuti oleh umat dari enam lingkungan, dan masyarakat sekitar kampus.
Baca juga: Mahasiswa Hindu Malang Raya Adu Kreativitas Membuat Gebogan di Pura ITN Malang
Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D berkesempatan hadir menyatakan, keberadaan gereja di lingkungan kampus membawa hikmah tersendiri bagi sivitas akademika khususnya mahasiswa. Visualisasi Jalan Salib yang diperankan oleh mahasiswa harapannya semakin menguatkan iman para mahasiswa.
“Semoga dengan visualisasi ini kita semua dikuatkan. Tidak hanya mengimani Tuhan Yesus, namun juga meneladani sikap pengorbanan Tuhan Yesus Kristus sekaligus menjadi garam dan terang bagi lingkungan kita,” tutur rektor.
Dalam konsep garam dan terang, umat kristen sebagai garam harus bisa memberikan pengaruh positif dalam kehidupan. Konsep terang, umat kristen secara positif terlihat jelas. Menjadi pembimbing bagi yang tersesat, serta dapat menjadi motivasi.
Rektor pun turun mengapresiasi seluruh mahasiswa yang memerankan visualisasi. Baik yang berperan sebagai Yesus, prajurit, algojo, malaikat, iblis, rakyat, hingga narator. Menurutnya semua pemeran begitu menghayati peran masing-masing. Penghayatan peran saat Yesus disiksa dan memanggul kayu salib inipun menarik umat yang hadir hingga ada beberapa umat terlihat menyeka air mata.
“Kami semua sangat terharu. Kita diingatkan kembali kepada pengorbanan Tuhan kita Yesus. Semoga (himaknya) tidak hanya pada hari ini, tapi bisa melingkupi hidup kita selanjutnya. Sukses untuk KMK ITN Malang, dan OMK,” ucapnya. Sebagai bentuk apresiasi rektor juga membeli gambar Yesus Kristus yang dilelang panitia usai visualisasi Jalan Salib.
Sementara itu Romo Agustinus Galuh Wicaksono Pr mengatakan, adegan demi adegan Jalan Salib untuk mengenang kembali kisah sengsara dan wafatnya Yesus Kristus. Hal ini menyadarkan kepada umat betapa besar kasih Allah kepada umatnya. Sekaligus memberi pelajaran kepada umat agar meniru ketabahan sifat cinta kasih Yesus Kristus dalam menghadapi cobaan.
“Kita berharap semakin sadar akan segala dosa, karena dosa-dosa kitalah yang menyebabkan Tuhan Yesus menderita sengsara sampai wafat di kayu salib. Semoga lewat perenungan ini sebagai seorang katolik kita bisa banyak berkorban,” kata Romo Galuh.
Baca juga: Pujawali Ke-4 Pura Astawinayaka ITN Malang Junjung Toleransi dengan Melibatkan Gereja
Melakukan adegan visualisasi Jalan Salib tidaklah mudah. KMK ITN Malang butuh waktu kurang lebih satu bulan untuk persiapan. Mulai menentukan pemeran Yesus, Pilatus, Malaikat, Iblis, rakyat, serta narator pembawa cerita.
Gabriel Elfrid Virgiluiz Lado Ghenong, Ketua KMK ITN Malang mengatakan, mereka menyeleksi pemeran satu persatu. Membuat narasi bersama-sama, hingga setiap ada kesempatan berlatih bersama.
“Cerita ini untuk mengenang dan melihat kembali perjalanan Yesus dalam memikul salib. Tragedi Golgota adalah sebuah sejarah yang layak disimak. Suatu kebenaran yang tak dapat disangkal, yakni peristiwa wafatnya Yesus Kristus merupakan pengalaman yang paling tragis dalam hidup-Nya. Peristiwa yang tidak kita alami secara langsung ini sangat menyentuh perasaan manusiawi kita,” ceritanya mengutip narasi kisah Jalan Salib. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)