Ikatan Mahasiswa Hindu Dharma ITN Malang (IMHD) ITN Malang mengadakan Lomba Gebogan di Pura Astawinayakan, Kampus 2 ITN Malang, Jumat (19/05/2023). (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Mahasiswa Hindu Malang Raya adu ketangkasan membuat Gebogan di Pura Astawinayakan, lingkungan Kampus 2 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jumat (19/05/2023). Lomba Gebogan merupakan satu rangkaian kegiatan Dharma Generation For Indonesia (DGFI) yang dihelat oleh Ikatan Mahasiswa Hindu Dharma (IMHD) ITN Malang. Lomba ini sekaligus diadakan menjelang Hari Raya Saraswati yang jatuh pada esok harinya Sabtu, 20 Mei 2023, lalu.
Baca juga: www.itn.ac.id
Mengusung tema “Abhinaya Sembagi Arutala Ing Dharma” (Seseorang dengan Semangat dan Cita-Cita Tinggi dan Mulia). Lomba Gebogan IMHD ITN Malang turut dihadiri oleh Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M.Si, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Asisten 1) Kota Malang.
Ida menyatakan, Gebogan sebagai bentuk persembahan atau sesajen perlu dilestarikan. Biasanya Gebogan untuk adat keagamaan, Upacara Manusa Yadnya, pernikahan, dll. Maka, tiap ada kesempatan harus digalakkan untuk diperlombakan.
“Perlombaan ini untuk menggali kreativitas, dan inovasi mahasiswa. Menyusun Gebogan dari buah, kue, kelihatannya mudah, tapi punya seni sendiri. Ini kerja tim, terlihat mereka (peserta) kompak,” tutur Ida.
Baca juga: Mahasiswa Hindu ITN Malang Adakan Bakti Sosial di Tiga Kota
Lomba Gebogan diikuti 5 tim dari Ikatan Mahasiswa Hindu se-Malang, bahkan ada tim gabungan dari berbagai kampus. Antara lain dari Universitas Merdeka Malang (Unmer), Universitas Negeri Malang (UM), Poltekkes Kemenkes Malang, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Ma Chung, Unitri, dan lain sebagainya.
Kadek Vito Krisna Ary Wijaya, koordinator lomba mengatakan, lomba Gebogan rutin digelar oleh IMHD ITN Malang setiap tahun. Gebogan sendiri merupakan salah satu sarana persembahyangan sebagai bentuk wujud bakti kepada Tuhan. Biasanya dibuat oleh para wanita.
Lomba Gebogan diharapkan dapat menjadi ruang bagi kreativitas mahasiswa. Selain itu, Gebogan juga perlu dilestarikan sebagai budaya Hindu. “Dengan lomba ini kami juga ingin menyampaikan, bahwa di ITN Malang juga ada mahasiswa Hindu. Kami dengan damai ikut berdampingan dengan mahasiswa dari agama lain,” ujar Vito akrab disapa.
Menurut Vito, dalam agama Hindu Gebogan sebagai persembahan atas rejeki yang didapat. Khususnya rejeki dari pertanian. Untuk itu Gebogan harus menggunakan bahan alam, seperti janur, buah lokal, berbagai macam kue, memanfaatkan smat untuk menyatukan janur, dan bunga sebagai pemanis.
Membuat Gebogan pertama-tama adalah mempersiapkan dulang (nampan yang berkaki) yang biasanya terbuat dari kayu. Kemudian memasang anakan batang pisang yang sudah disesuaikan ukurannya. Baru menyusun buah-buahan, kue, canang dan sampian, serta janur dan bunga secantik mungkin. Tinggi Gebogan kalau ditotal dengan janurnya sekitar 30–40 cm.
Salah satu tim yang terlihat antusias membuat Gebogan adalah Tim Eka Dharma Cakti (EDC) Malang. Tim EDC merupakan gabungan dari mahasiswa hindu berbagai kampus. Seperti UMM, Unitri, STIKES Widyagama, dan lain-lain. Mereka terlihat ada yang membuat hiasan dari janur, dan mulai menata buah. Buah yang digunakan antara lain apel, pisang, jeruk, buah naga, ada juga kue kukus, dan bunga segar.
“Kami diberi waktu tiga jam untuk membuat Gebogan. Karena ini konsepnya tradisional maka semua harus terbuat dari bahan asli. Karena ada dulang yang sudah siap pakai, tinggal menyusun buah dan ornamennya. Menyusun juga butuh kreativitas, khususnya saat menghias janur,” kata Kadek Marta, mahasiswa UMM. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)