Ketua LPPM ITN Malang, Martinus Edwin Tjahjadi, ST., MGeomSc., PhD., saat pelaksanaan review proposal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) mengapresiasi tiap pencapaian dosen dalam penelitian dan menghasilkan luaran penelitian. Baik berupa publikasi ilmiah tingkat regional, nasional, maupun internasional. Bahkan tidak hanya itu saja, produktivitas dosen dalam menulis buku juga diapresiasi. Hal ini disampaikan oleh Ketua LPPM, Martinus Edwin Tjahjadi, ST., MGeomSc., PhD.
“Jadi para dosen yang punya tulisan di jurnal, prosiding, buku bisa datang ke LPPM. Begitupun dosen-dosen yang tidak lolos proposal bisa langsung menulis jurnal, prosiding, atau buku yang nantinya akan kami beri kompensasi,” ujar Edwin, sapaan akrab Martinus Edwin Tjahjadi saat ditemui pada pelaksanaan review proposal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pada akhir November 2024 lalu.
Menurutnya sudah cukup banyak dosen yang mendapat kompensasi dari karya-karya mereka melalui hibah fundamental atau hibah penggantian untuk publikasi. Untuk nominalnya sendiri tidak main-main. Edwin mengungkapkan, untuk karya buku, baik buku ajar, buku referensi, buku monograf diapresiasi sebesar 5 juta rupiah per satu judul buku.
Untuk jurnal internasional tergantung dari nilai Scopus. Bila nilai Scopus Q1 mendapat apresiasi/penggantian sebesar 10 juta rupiah, Q2 mendapat penggantian 7,5 juta rupiah, Q3 mendapat 5 juta rupiah, dan yang terendah Scopus Q4 mendapat 3,5 juta rupiah. Tidak hanya itu saja, yang dulunya terindeks Sinta tidak mendapat penggantian, maka sekarang dapat. Nominalnya Sinta 1 mendapat 2,5 juta rupiah, Sinta 2 mendapat 2,5 juta rupiah, dan Sinta 3 mendapat 750 ribu rupiah.
“Jadi untuk hibah fundamental ini diberikan bila dosen tidak lolos proposal, dan tidak lolos pendanaan. Tapi mereka mau membuatkan jurnal, buku, prosiding, seminar internasional dll, maka akan mendapat penggantian dari LPPM,” jelasnya.
Dikatakan Edwin, upaya ini dilakukan untuk mengenjot kinerja penelitian dosen dalam menulis luaran-luaran, sehingga skor Sinta naik. Kalau skor Sinta sampai turun, maka dampaknya klasterisasi penelitian akan ikut turun. Jadi hibah yang diperoleh bisa berkurang. Apresiasi ini sudah berlaku sejak awal tahun 2024 lalu.
“Awal tahun kami sudah sosialisasi peraturan baru. Awal-awalnya dosen khawatir serta ada rasa ragu, tapi ternyata berjalan juga. Kami mengkolaborasikan dosen antar prodi. Dosen bisa berbagi tugas dengan data yang sama. Ini juga agar lebih kolaboratif antar prodi, antar dosen di ITN Malang. Mereka jadi terbuka pemahamannya,” jelasnya.
Dengan support dan beragamnya apresiasi dari LPPM diharapkan semakin banyak proposal penelitian yang masuk. Tim reviewer juga semakin selektif dalam mengevaluasi kemajuan program yang telah didanai hingga mencapai 70 persen dari target pencapaian. Tujuannya untuk melihat konsistensi yang diusulkan oleh pengusul di proposal.
Baca juga: TTG Mesin Roasting Dosen ITN Malang Ciptakan Taste Kopi Sumberdem yang “Ug” Bikin Ketagihan
“Nah, karena sekarang baru 70 persen, baru dilihat draftnya, luaran-luarannya. Tapi yang utama adalah dilihat dari prototype-nya. Apakah prototype tersebut sesuai dengan luaran tingkat kesiapan teknologi (TKT). Produk mereka nanti bisa diaplikasikan ke masyarakat atau tidak? Hal ini sekarang sangat kami pedulikan,” lanjut dosen Teknik Geodesi S1 ITN Malang ini.
Sayangnya, menurut Edwin jumlah proposal yang masuk tahun ini jauh lebih kecil dari jumlah anggaran yang sudah dialokasikan. Hal ini dikarenakan LPPM mengikuti aturan baru sehingga banyak dosen yang masih ragu-ragu. Bila sebelumnya yang dijalankan ada 5 skema, maka sekarang ada 2 skema untuk kolaborasi. Yakni hibah kolaborasi dan hibah kompetitif, dengan pendanaan kompetitif 30 juta rupiah dan kolaborasi 50 juta rupiah. Dalam kolaborasi dosen diwajibkan bekerja sama dengan mitra. Dosen juga diwajibkan memiliki luaran jurnal internasional.
Dengan skema multiyears, maka setiap tahun dipastikan akan ada luaran jurnal internasional dan prosiding internasional, jurnal nasional, serta jurnal regional. Tujuan jurnal regional untuk meningkatkan reputasi jurnal-jurnal ITN Malang, memperbanyak jurnal hasil penelitian yang bagus untuk bisa menaikkan kualitas jurnal ITN Malang.
“Luaran ini membuat dosen syok, karena dulu tidak wajib luaran jurnal internasional, sekarang diwajibkan. Kami juga memantau keberlanjutannya. Hasilnya harus bisa diterapkan pada masyarakat luas. Jadi tidak mubazir dengan memberikan dana saja, tapi harus ada kebermanfaatannya,” tegasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)