Prof. Dr. Eng. Aryuanto Soetedjo, ST, MT., dosen Teknik Elektro ITN Malang saat menjelaskan tentang “Internet of Things (IoT) kepada peserta trial class Prodi Teknik Elektro S-1, ITN Malang. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Tampak siswa dan guru sedang asik memprogram, menyambung kabel ke sensor-sensor. Mereka juga membuat simulasi pembacaan sensor suhu dan kelembaban, sensor jarak, kontrol lampu, dan lain sebagainya. Proyek yang sangat bermanfaat dan edukatif. Para siswa dan guru ini adalah peserta trial class Prodi Teknik Elektro S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang).
Prodi Teknik Elektro S-1 ITN Malang membuka trial class batch 1 secara daring dan luring di Gedung Laboratorium Teknik Elektro, Kampus 2 ITN Malang, Rabu (29/05/2024). Mengangkat materi “Internet of Things (IoT) dan Supervisory Control And Data Acquisition/Otomasi Industri (SCADA)” trial class diadakan untuk memperkenalkan teknik elektro kepada siswa SMK/SMA sederajat yang sudah lulus maupun belum lulus.
Kaprodi Teknik Elektro S-1 ITN Malang, Dr. Irmalia Suryani Faradisa, ST., MT., menyebutkan, teknik elektro mempelajari sistem elektronik dan mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari. “Salah satu yang dipelajari di trial class kali ini adalah IoT dan SCADA. IoT teknologi yang menghubungkan sensor dengan internet dan dapat dikendalikan dari jarak jauh. Sedangkan SCADA sebuah teknik otomasi yang biasanya digunakan untuk industri,” tuturnya.
Untuk trial class Prodi Teknik Elektro membatasi peserta baik secara online maupun offline. Batch 1 terdiri dari 40 peserta yang terbagi dalam 2 sesi. Tiap sesi terdiri dari 20 peserta baik online dan offline. Peserta online selain dari Malang juga diikuti SMK/SMA luar daerah. Seperti dari Nganjuk, Gresik, Bekasi, Kebumen Jateng, Maumere NTT, Gowa Sulawesi Selatan, Lombok Tengah, Soe NTT, Bulukumba Sulawesi Selatan, Sampoerna Academy, dan lain-lain.
“Alhamdulillah beragam sekali (sekolah) yang ikut sampai luar pulau. Kami buka kelas online untuk menarik minat peserta. Kami ingin berbagi ilmu yang bermanfaat untuk adik-adik SMA/SMK di masa menunggu masuk bangku kuliah,” imbuhnya.
Menurut Irmalia, kelas online untuk memfasilitasi peserta luar daerah, sedangkan kelas offline untuk peserta sekitar Malang Raya. Keunggulan peserta offline diajak praktek langsung untuk mengenal komponen elektronika, merangkai, dan mensimulasikan. Benefit yang didapatkan mengikuti kelas ini peserta mendapat e-sertifikat, dan khusus peserta baru lulus SMK/SMA mendapat potongan DPP 30 persen jika mendaftar ke ITN Malang.
“Dalam era yang semakin maju, ilmu elektro berkembang dengan pesat. Kami berharap bahwa melalui tria class ini para siswa dapat lebih mengenal ITN Malang sebagai lembaga pendidikan yang menawarkan fasilitas up to date dengan biaya terjangkau,” tutupnya.
Salah satu peserta trial class adalah Diah Ayu Komala, guru SMK Negeri 2 Singosari. Menurut Diah, mengikuti trial class bisa menambah ilmu dan wawasan bagi siswa dan guru. Apalagi IoT belum diajari di bangku sekolah, peserta sangat antusias dan menunggu trial class batch selanjutnya.
“Di sini kami tidak hanya mendapat materi, namun juga praktek yang penuh tantangan. Banyak step-nya. Kami diajari merangkai hingga mengendalikan lampu dengan Thingspeak dari jarak jauh,” katanya, yang datang bersama para siswa yang telah lulus.
Materi IoT dan SCADA disampaikan langsung oleh ahlinya Prof. Dr. Eng. Aryuanto Soetedjo, ST, MT., dosen Teknik Elektro ITN Malang. Dibantu oleh mahasiswa asisten Laboratorium Automasi peserta trial class mengimplementasikan teknologi Internet of Things (IoT). Ada beberapa simulasi yang dibuat. Yakni, membaca sensor suhu dan kelembaban, sensor jarak, sensor intensitas cahaya, memonitor dan kontrol lampu.
Untuk mengimplementasikan teknologi Internet of Things (IoT), peserta melakukan pemrograman ESP32. Proses pemrograman dimulai dengan membuat sketsa dasar menggunakan Arduino. Sketsa ini memungkinkan perangkat untuk mengenali dan mendeteksi perubahan suhu diambil sensor DHT11. Sensor DHT11 adalah detector suhu dan kelembaban yang sensitif dengan output analog, input deteksi melalui ESP32 diubah menjadi platform ThingSpeak. DHT11 sebagai sensor akan mengirim data secara real time setiap perubahan suhu dan menampilkannya dalam bentuk grafik.
Selanjutnya, peserta melanjutkan dengan pemrograman kedua yang bertujuan untuk memantau dan mengontrol lampu menggunakan ESP32. ThingSpeak, sebagai aplikasi manajemen data sensor, memudahkan proses visualisasi data sehingga informasi dapat diakses dengan mudah.
Baca juga: Beri Solusi Ketenagalistrikan, Mahasiswa ITN Malang Juara 3 NESCO Paper Competition 2024 UGM
Menurut Prof Aryu, IoT adalah internet dari things. Dimana segala sesuatu seperti sensor lampu, AC, dan lain-lain terkoneksi ke internet. Untuk sensor bisa dibaca, sementara kalau lampu bisa dikontrol/ dikendalikan jarak jauh.
Sedangkan SCADA pada sistem awalnya dipakai di industri dimana dulu belum ada internet. Peserta membuat tampilan di software SCADA untuk mengontrol lampu dan lainnya. SCADA fokus untuk membuat tampilan dengan mudah.
Sekarang SCADA menjadi pusat kontrol dan monitoring data, juga sebagai media transmisi/ penghubung atau media komunikasi antara pusat kontrol dengan RTU (Remote Terminal Unit). Media transmisi ini bisa berupa kabel fiber optik, kabel pilot, gelombang frekuensi radio atau bahkan internet. SCADA juga sebagai RTU (Remote Terminal Unit), dan sebagai Field Device yaitu sensor dan actuator.
“SCADA dipakai di industri untuk mengontrol lampu dengan komputer yang tersentra. Sekarang antara IoT dan SCADA kerap bersinggungan. Bedanya, tidak semua aplikasi IoT menyediakan dashboard yang menarik dan lengkap, sedangkan pada Software SCADA sudah disediakan menu yang mempermudah membuat dashboard untuk aplikasi kendali dan monitoring,” jelasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)