itnmalangnews.id – Dibentuknya group gamelan, Gongso Siswotomo, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menjadi warna tersendiri di kampus biru ini. Pasalnya, ditengah gempuran musik pop, ternyata kesenian asli Jawa ini masih memiliki peminat. Tak hanya itu, alunan musiknya juga tidak kalah enak untuk didengarkan daripada musik pop. “Gamelan ini sudah jarang peminatnya, tapi ITN Malang masih ingin melestarikannya,” terang Sunarko, pelatih Gongso Siswotomo saat ditemui di sesi latihan kampus I.
Sebenarnya menurut Sunarko, belajar gamelan sangat mudah dibandingkan musik yang lain. Hanya butuh waktu tiga bulan jika berlatih dengan teratur dua kali seminggu dengan durasi 3 jam setiap kali latihan. Hal ini telah dibuktikan oleh pria asli Malang saat melatih di beberapa tempat di Malang. “Saya belajar gamelan sejak usia 6 tahun, dan telah mengajar di beberapa tempat, seperti di gedung DPR, lapas wanita, guru-guru TK, di rumah warga. Semuanya sudah bisa dasar selama 3 bulan. Modalnya hanya kepekaan pendengaran dan rasa,” tutur mantan pengajar kesenian UM Malang itu.
Dan sejauh ini, menurut Sunarko metode belajar yang diberikan kepada orang-orang ITN Malang adalah metode cepat itu. Memang dia baru mulai melatih sejak 2014 lalu, tetapi menurutnya perkembangannya sanagat pesat. Beberapa jenis karawitan Jawa diduasai dengan baik, di antaranya: lancaran (bermain secara rancak), ketawan (bermain kalem), dan landrang (perpaduan antara yang rancak dan kalem). “Saat ini kita tinggal pengembangan ke gending, yaitu level yang lebih tinggi lagi,” tuturnya. Memang selama ini Gongso Siswotomo selalu tampil dalam acara wisuda.
Selain itu, menurut Sunarko masih ada beberapa alat musik yang masih belum dikuasai oleh group ITN Malang. Yang mana alat musik ini memang sangat sulit, di antaranya: gendang dan gender. Namun beberapa alat lainnya sudah dikuasai seperti kenong, bonang, peking, dan gambang. Namun dia optimis semua itu akan dikuasasi. “Kita pelan-pelan belajar, pasti semuanya akan bisa nanti. Termasuk nanti akan belajar nyinden juga,” kata dia. (her)