Rikma, warga RT 4 RW 7, Tlogomas, Kota Malang menunjukkan permen jelly sayuran yang baru saja dikemas. (Foto: Mita/humas)
itnmalangnews.id – Rona bahagia terpancar dari wajah ibu-ibu PKK Kampung Iklim RW 7 Tirta Rona, Tlogomas, Kota Malang. Pasalnya mereka telah sukses membuat permen jelly yang tidak hanya enak rasanya, namun juga bergizi. Perwakilan ibu PKK dari 7 RT di RW 7 Tirta Rona ini mendapat pelatihan pembuatan permen jelly dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang lewat Program Matching Fund – Kedaireka (Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta) 2021.
Baca juga: Baca juga: www.itn.ac.id
Dra Siswi Astuti, Mpd anggota tim Kedaireka ITN Malang mengatakan, permen jelly yang dibuat menggunakan hasil produk sayuran hidroponik yang ditanam sendiri oleh warga. “Jadi, kemarin kan kami dari tim Kedaireka sudah memberikan beberapa unit reaktor hidroponik untuk ditanami sayuran. Nah, hasil dari tanamannya seperti buah tomat dan sayur sawi manis nantinya bisa dibuat permen jelly seperti sekarang ini,” ujar Siswi saat ditemui di lokasi kegiatan beberapa waktu lalu.
Dikatakan Siswi pada prinsipnya pembuatan permen jelly sayur mudah sekali. Yang penting diperhatikan adalah kekentalan dari sari buah atau sayur yang digunakan. Setelah buah tomat atau sayur sawi diblender dan disaring, kemudian sarinya ditambah berbagai bahan yang bisa didapatkan di toko kue. Seperti gelatin, agar-agar, gula pasir, gula castrol (untuk taburan), glukosa, sari jeruk, asam sitrat, dan pengering permen.
Baca juga: Kedaireka ITN Malang Serahkan 14 Unit Reaktor Hidroponik ke RW 7 Tirta Rona Tlogomas
Untuk permen jelly dengan 100 gram sawi harus menghasilkan 200 ml sari. Caranya, dalam memblender penambahan air harus sedikit demi sedikit ,dan langsung diperas hingga sejumlah 200 ml. Sedangkan untuk sari tomat dibutuhkan 400 gram buah tomat yang diblender, dan diambil 200 ml sari tomat.
“Untuk bahan cairnya tidak boleh lebih dari 200 ml ya. Sari tersebut sekaligus sudah ada penambahan sari jeruk. Kuncinya disini! Kalau sayur atau buahnya tidak asam, maka bisa ditambah dengan sari jeruk nipis. Serta ditambah sedikit asam sitrat yang berfungsi sebagai pengawet,” kata Siswi.
Bahan-bahan tersebut kemudian dimasak seperti halnya memasak agar-agar dengan suhu 70 derajat celcius hingga mengental. Sarinya tidak boleh sampai mendidih, agar kandungan vitaminnya tidak hilang.
Setelah mengental seperti agar-agar, maka adonan permen jelly dituang di wadah-wadah kecil. Ditunggu sampai 24 jam baru bisa dipotong-potong dadu, dan ditaburi dengan gula castrol. Untuk mendapat permen jelly yang padat dan kenyal, maka permen jelly harus diangin-anginkan di atas anyaman bambu/tampah selama 3-4 hari. Dengan begitu air di permen jelly akan cepat keluar. Kalau sudah kering permen jelly siap dikemas. Untuk kemasan menyesuaikan keinginan para ibu. Namun, kali ini dibantu mahasiswa Teknik Kimia, permen jelly dikemas dengan ditusuk satu persatu menjadi tusukan sate.
“Fungsinya diberi pengering permen agar air di dalam permen jelly cepat keluar. Kalau tidak memakai pengering airnya sulit keluar dan permen akan cepat jamuran. Jangan lupa, saat diangin-anginkan peren jelly juga harus sering dibolak balik. Bila prosesnya benar permen jelly bisa tahan hingga satu tahun. Permen jelly ini setelah kami hitung, bisa dijual 1.200 rupiah per tusuk,” imbuh dosen Teknik Kimia S-1 ini.
Baca juga: Permen Jelly Buatan Warga Desa Panggungrejo Tak Kalah Kenyal dan Enak
Siswi berharap, dengan adanya pelatihan ini warga RW 7 bisa memanfaatkan/mengolah hasil tanaman hidroponik dengan baik. Selain dikonsumsi atau dijual dalam bentuk segar, juga bisa diolah menjadi olahan inovatif yang bernilai jual. “Harapannya warga bisa mengolah hasil tanaman hidroponik yang ditanam oleh warga sendiri. Permen ini juga bisa mengganti jajanan anak atau jajanan saat hari raya,” harap Siswi akan muncul wirausaha mandiri.
Salah satu warga yang merasa senang atas pelatihan ini Malang adalah Rikma, warga RT 4. Ia berterimakasih kepada ITN Malang telah memberi pelatihan pembuatan permen jelly dengan cara dan bahan yang mudah didapat. Bahkan, Rikma sendiri berharap ITN Malang terus memberikan berbagai pelatihan untuk menambah pengalaman sehingga warga lebih kreatif dan inovatif. “Diajari membuat permen dari tomat dan sawi yang rasanya enak semua. Saya lihat caranya juga mudah, kami juga diberi resepnya. Nanti kami bisa mengajarkannya ke warga di masing-masing RT. Semoga bisa menjadi lahan penghasilan dengan dijual,” katanya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)