Tim Mahasiswa Arsitektur ITN Malang Juara 1 War Architecture, Malang Architecture Week 2024, IAI Malang. Ki-ka: Yusdihadi Rahawarin, Muhammad Hanif Farhan, Muhammad Alif Romdhoni, Bara Andana Subagyo, dan Daniel Galih Saputra. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Tim Mahasiswa Arsitektur S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) meraih Juara 1 War Architecture, Malang Architecture Week (MAW) 2024. MAW diselenggarakan oleh Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Malang mulai Rabu-Sabtu (28-31/08/2024).
Tiap tim berjumlah lima orang. Tim Arsitektur ITN Malang terdiri dari lima mahasiswa. Yakni Yusdihadi Rahawarin (2122048), Bara Andana Subagyo (2222021), Muhammad Alif Romdhoni (2222051), Daniel Galih Saputra (2222013), dan Muhammad Hanif Farhan (2422013).
War Architecture MAW IAI Malang mempertemukan tim mahasiswa arsitektur terbaik dari beberapa kampus ternama se-Malang Raya. War Architecture menjadi kompetisi pertama yang digagas oleh IAI Malang. Mengusung konsep serupa dengan Clash of Champions yang diselenggarakan oleh Ruangguru. Ruangguru juga mengadaptasi hal serupa dari University War dari Korea Selatan.
Baca juga: Nata Karya 3.0 Penilaian dan Pameran Karya Mahasiswa Arsitektur
Yusdihadi Rahawarin menjelaskan, dalam War Architecture mereka beradu ketangkasan untuk menyelesaikan 4 tantangan. Setiap tantangan jumlah pesertanya berbeda-beda, ada yang tiga mahasiswa dan lima mahasiswa.
“Tiap tahapan lomba beda-beda jumlah pesertanya, ada yang tiga dan lima. Dari 4 lomba tersebut kemudian nilainya disatukan. Bersyukur akhirnya kami bisa mengumpulkan 90 poin, di bawah kami ada 80 poin,” kata Yusdi saat ditemui bersama timnya di kampus 1 ITN Malang beberapa waktu lalu.
Yusdi menjelaskan ada empat tantangan yang harus dijalani. Yaitu memory madness, tebak warna, sketsa estafet, dan permainan puzzle. Pada tantangan pertama memory madness mengandalkan daya ingat dan hafalan tingkat tinggi. Satu tim terdiri dari tiga orang diminta menghafal 10 kartu selama dua menit dengan materi gambar, tulisan, dan tahun. Pada tahap ini Yusdi membuat strategi. Ia membagi tiap orang menghafal tiga kartu, sedangkan satu kartu tidak perlu dihafal.
“Karena jumlahnya 10 kartu maka kami bagi tiga. Saya meminta per orang hanya menghafal tiga kartu, dan satu kartu tidak perlu dihafal. Dengan begitu lebih mudah dihafal dan adil,” jelasnya.
Dengan metode ini mereka mampu meraih nilai 20 poin, sementara yang tertinggi 30 poin. Pada tahap ini mereka sempat mengalami keterlambatan dalam menekan bel, meskipun mereka mengaku fahal. Pasalnya selain berhasil menghafal kecepatan menekan bel juga menjadi kunci keberhasilan.
Tantangan kedua adalah menebak warna. Pada tantangan ini juga terdiri dari tiga orang, dan tim mahasiswa Arsitektur ITN Malang berhasil memperoleh nilai paling tinggi. Menurut Yusdi ada peran serta dosen dalam mengasah skill mereka saat perkuliahan.
“Bersyukur saat kuliah semester 1-3 kami belajar tentang sketsa dan warna dengan mendalam. Saya akui kualitas dosen ITN memang bagus. Ini kami rasakan saat lomba, jadinya kami mendapat nilai paling tinggi,” aku mahasiswa asal Kota Tual Maluku Tenggara ini.
Baca juga: Prodi Arsitektur S-1 ITN Malang Berhasil Konversi Akreditasi B ke Baik Sekali
Untuk tantangan ketiga sketsa estafet yang diikuti lima orang dalam satu tim. Pada sketsa estafet empat orang bagian melihat gambar dan membuat ulang sketsa gambarnya, dan satu orang bagian menebak nama bangunan hasil sketsa empat temannya. Peserta diberi waktu 5 detik untuk melihat gambar dan satu menit membuat sketsa. Ada empat gambar yang harus ditebak, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN), Taj Mahal India, Arc de Triomphe Paris Perancis, dan Marina Bay Singapura.
Peserta dalam satu tim bergantian membuat sketsa dari gambar yang berbeda-beda. Mereka harus bisa membuat sketsa semirip mungkin agar bisa ditebak dengan benar. Tim Arsitektur ITN Malang bersyukur sketsa bangunan klasik sudah mereka dapat di semester 1-3.
“Alhamdulillah, dari hasil semua sketsa ITN Malang yang paling bagus, dan tepat menebaknya. Dari empat gambar yang berhasil di sketsa teman kami Hanif (mahasiswa baru) berhasil menebak tiga gambar,” katanya.
Kompetisi terakhir adalah permainan puzzle. Tim terdiri dari tiga orang diberi pertanyaan, dan kalau berhasil menjawab diberi kepingan-kepingan puzzle untuk disusun. Tema bangunan puzzle untuk semua tim sama, yakni neoklasik.
“Kami bergantian berlomba dalam masing-masing tantangan. Pada dasarnya kami menguasai semua materi yang dilombakan. Hanya saja cara lombanya memang berbeda. Lebih seru pastinya,” tuntasnya.
Direkrutnya Muhammad Hanif Farhan Mahasiswa baru angkatan 2024 bukan tanpa alasan. Hanif dinilai memahami dasar-dasar Arsitektur. Ia merupakan alumnus SMK jurusan Desain Permodelan dan Informasi Bangunan (DPIB).
Sebelum masuk Arsitektur ITN Malang Hanif sebenarnya pernah satu grup WhatsApp dengan Bara Andana Subagyo pada sebuah sayembara arsitektur. Hanif juga pernah mengikuti Nata Karya 3.0 2024 Arsitektur ITN Malang. Selama 2 hari Nata Karya ia mengikuti workshop, dan melihat pameran.
“Dari situlah akhirnya terhubung dengan mas-mas yang sekarang menjadi tim di War Architecture. Alhamdulillah saya bersyukur baru masuk ITN Malang bisa ikut berkontribusi memberikan prestasi,” kata mahasiswa asal Tulungagung ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)