Salah satu mahasiswa Teknik Mesin S-1 ITN Malang saat melontarkan pertanyaan pada Kuliah Tamu Welding Metallurgy, Welding Test, and Welding Project. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Teknik Mesin S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) terus mengupgrade sarana dan prasarana laboratorium. Hal ini untuk mendukung terlaksananya kurikulum berbasis laboratorium yang tengah dikembangkan prodi. Upaya prodi meningkatkan fasilitas hendaknya juga diimbangi semangat mahasiswa dalam mengembangkan diri. Harapan ini disampaikan oleh Kaprodi Teknik Mesin S-1 ITN Malang, Dr. Eko Yohanes Setyawan, ST., MT., pada Kuliah Tamu 2024 Himpunan Mahasiswa Mesin S-1 (HMM S-1), di Ruang Amphi Mesin Lt. 2, Kampus 2 ITN Malang.
“Harapannya semua (tidak hanya prodi) bisa mengembangkan diri. Laboratorium semakin bagus, maka mahasiswa juga harus lebih semangat memanfaatkan fasilitas yang ada. Sehingga kurikulum yang dikembangkan berbasis laboratorium bisa berjalan baik,” kata Eko, pada awal November 2024 lalu.
Eko menekankan, kurikulum berbasis laboratorium ini juga akan mendukung mahasiswa ketika nanti di semester 7 magang industri. Dengan skill yang dimiliki maka ketika di industri ada permasalahan mahasiswa bisa ikut menyelesaikannya. Eko juga berharap pada saat magang 7 bulan mahasiswa benar-benar bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kaprodi Teknik Mesin S-1 ITN Malang, Dr. Eko Yohanes Setyawan, ST., MT., (kanan) menyerahkan cenderamata kepada Dr. Ir. Mujiyono, S.T., M.T., W.Eng. IPM., usai Kuliah Tamu Teknik Mesin S-1. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)
“Setelah pulang magang mahasiswa tidak harus mengeluarkan biaya untuk membuat skripsi. Permasalahan-permasalahan yang ada di industri silakan diangkat menjadi skripsi,” katanya menyemangati.
Kuliah tamu bertema “Welding Metallurgy, Welding Test and Welding Project” menghadirkan Dr. Ir. Mujiyono, S.T., M.T., W.Eng. IPM. Kuliah tamu ini menjadi salah satu upaya menggali dan menjawab tantangan di industri.
Menurut Mujiyono ilmu metalurgi mendasar dipelajari untuk semua manufaktur proses. Metalurgi merupakan bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari tentang perilaku kimia dan fisika dari unsur-unsur logam. Sementara welding (pengelasan) adalah teknik penyambungan logam. Ilmu ini komprehensif digunakan diberbagai bidang. Seperti welding di bidang otomotif, perkapalan dan pressure vessel, konstruksi, serta manufaktur.
“Pada sebuah proyek perlu prosedur agar sesuai standar. Prosedur dalam produksi namanya WPS. Ini wajib dimiliki oleh tim untuk terjun kelapangan,” kata Mujiyono.
Baca juga: Alasan Prodi Teknik Mesin S-1 Getol Mendekatkan Mahasiswa dengan Dunia Industri
Ilmu yang dibutuhkan dalam welding project antara lain: prosedur (WPS), material, welding design, elektroda/filler, welding process, welding test, SDM. WPS (Welding Procedure Specification) adalah dokumen tertulis berisi prosedur dan parameter pengelasan yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan pengelasan. WPS dibuat sebelum pekerjaan pengelasan dilakukan dan mengacu pada standar yang berlaku.
Menurutnya, meskipun telah memiliki ilmu tentang welding proses, metalurgi, elektroda, welder sudah baik, namun hal yang juga perlu diperhatikan adalah prosedur keamanan. Pekerjaan welding membutuhkan ilmu yang sangat kompleks, di lapangan membutuhkan prosedur. Setelah ada prosedur maka membutuhkan welder (juru las) yang juga perlu di training.
“Harus membuat prosedur welding spesifikasi, setelah jadi pastikan welder harus training dulu. Diminta mengelas bahan dan diuji, yang lolos baru masuk ke projek. Ini harus dilakukan karena welding itu sangat sulit. Bagi engineer mengelas harus ada prosedurnya, bahkan ada sertifikatnya,” serunya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)