itnmalangnews.id – Salah satu kriris di dunia saat ini adalah kiris energi. Diprediksi energi dunia hanya mampu bertahan selama 70 tahun ke depan. Itupun bagi negara-negara berpenghasil minyak terbesar seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat. Sementara Indonesia yang hanya menyumbang 0,3 persen untuk minyak dunia diprediksi tidak sampai 70 tahun. “Hal itulah yang sedang dikhawatirkan masyarakat dunia. Karena memang energi fosil terbatas,” terang Prof. Dr. Ir. Tri Poespowati ST, MT, salah pembicara dalam Seminar Nasional Teknologi Biomassa di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Menurut Poespowati, meskipun energi tak terbarukan tersebut semakin terbatas, tetapi penggunaan manusia akan energi tidak pernah menurun bahkan bertambah. Karena itu mengupayakan alternatif sumber energi dari sumberdaya alam hayati adalah sangat penting. “Tadi pagi kita masih masak, tiap malam masih liat TV, siang menggunakaan kendaraan dan seterusnya. Bagaiman jika energi ini habis?,” ujar lulusan doktor univeritas Newcastle Australia tersebut.
Salah satu solusi yang bisa digunakan dalam teknologi biomassa atau sumberdaya hayati adalah alga sebagai energi terbarukan. Alga merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sangat mudah dijumpai dan dikembangbiakkan di Indonesia. ”Tumbuhan ini (alga) memiliki klorofil karena itu dia dapat menghasilkan glukosa (zat gula) untuk sumber makanan,” terangnya. Selain itu, imbuh Poespowati, alga juga dapat menghasilkan biodesel yang dapat digunakan untuk menggantikan BBM.
Dalam presentasinya yang berjudul Potensi Makroalga Sebagai Sumber energi Terbarukan Generasi III tersebut, alumni teknik kimia ITS Surabaya itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki keanekaragaman hayati di Asia Tenggara. Namun sayangnya termasuk negara yang paling rendah pemanfaatan sumber hayati tersebut. “Yang paling tinggi pemanfaatan sumberdaya hayati malah Thailand. Padahal dia (Thailand) jauh di bawah kita keanekaragaman hayatinya,” tuturnya. (her)