Mahasiswa Teknik Industri S-1 ITN Malang foto bersama usai menggelar bazar technopreneurship. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Deretan stand yang menjual berbagai produk berjajar rapi di Hall Gedung Kuliah Teknik Industri, Kampus 2 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Bazar kewirausahaan (technopreneurship) menjadi wadah implementasi dari mata kuliah technopreneurship di Prodi Teknik Industri S-1, ITN Malang, Senin (18/12/2023).
Mahasiswa yang melakukan kegiatan bazar merupakan mahasiswa yang memprogram mata kuliah technopreneur di semester ganjil. Mereka telah menyelesaikan 14 kali pertemuan dalam kuliah, dan mempelajari ilmu kewirausahaan serta membuat perencanaan bisnis. Mata kuliah technopreneurship diampu oleh dua dosen, yaitu Sanny Andjar Sari, ST., MT, dan Dr. Prima Vitasari, S.Ip., M.Pd.
“Kegiatan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan implementasi bisnis secara nyata. Harapan kami, dengan belajar kewirausahaan mahasiswa dapat mengambil manfaat, menjadi bekal pengalaman, serta pengetahuan bagi mereka setelah lulus nanti,” ujar Prima Vitasari saat dihubungi lewat sambungan Whatsapp, Rabu (20/12/2023).
Baca juga: IKA ITN Chapter Malang Gelar Bazar UMKM: Terobosan dalam Membangun Ekosistem
Sebenarnya bukan kali pertama mahasiswa teknik industri mengikuti bazar. Sebelumnya mahasiswa juga pernah mengikuti beberapa kali kegiatan bazar yang diselenggarakan oleh alumni ITN Malang. Baik yang diselenggarakan di kampus 2, maupun di kampus 1 ITN Malang.
Bazar di kampus 2 kali ini mengangkat tema Membangun Negeri dengan Wirausaha. Ada 11 stand yang menjual aneka makanan dan minuman. Seperti nasi bakar dan wonton, es jelly, thai tea, baso aci, buah, dan aneka camilan. Waton atau wonton atau juga kerap disebut pangsit merupakan daging cincang yang dibungkus dengan lembaran tepung terigu. Nasi bakar, dan keripik brownies menjadi produk unggulan (best seller) yang laris manis.
“Alhamdulillah animo warga kampus 2 ITN Malang juga baik. Produk yang dijual oleh tiap kelompok (stand) laku terjual habis saat bazar Senin lalu,” kata Prima Vitasari.
Produk yang dijual di bazar sebagian merupakan hasil karya mahasiswa teknik industri sendiri. Sedangkan selebihnya mereka menggunakan sistem reseller atau menjual produk dari supplier yang dikemas dengan tampilan berbeda dari produk sejenis.
“Kami menekankan adanya inovasi dan kreativitas dalam menciptakan produk yang akan mereka jual. Khususnya pada pembuatan produk dan kemasan. Meskipun inovasi tidak sepenuhnya maksimal karena keterbatasan waktu dalam satu semester ini, namun kreativitas mahasiswa kami apresiasi dengan baik,” lanjutnya.
Mahasiswa merasa senang dengan kegiatan ini. Melakukan praktek memproduksi hingga menjual produk memberikan pengalaman kepada mereka selama mengikuti kuliah technopreneurship. “Semoga tahun depan kami bisa menyelenggarakan bazar technopreneur lagi, dan harapannya pengunjung bisa lebih banyak,” harapnya.
Salah satu mahasiswa yang mengambil mata kuliah technopreneurship adalah Ivan Ardiansah. Mahasiswa semester 7 ini bergabung di stand kelompok 10. Selain Ivan, ada Rudi Basri, Adel Nurmiyalah, dan Zidni Ilma Nur Halisa. Mereka berempat menjual nasi bakar dan wonton.
Baca juga: Alumni Teknik Industri Gelar Seminar Nasional, Bedah Pentingnya Miliki Sertifikat Profesi
“Menu utama stand kami adalah nasi bakar. Untuk branding kami menamakan nasi bakar ‘SegoBongLicious’. Dari segobong yaitu nasi bakar dan licious (delicious) yang artinya lezat,” kata Ivan saat dihubungi lewat sambungan Whatsapp.
Mereka menyediakan dua varian topping pada nasi bakar, yaitu nasi bakar ayam suwir dan nasi bakar tongkol. Jualan mereka yang lainnya adalah wonton. Baik wonton maupun nasi bakar mereka membuat sendiri. Kedua produk ini dimasak langsung di stand bazar agar bisa langsung dinikmati pelanggan sewaktu makanan masih hangat.
Tidak asal memilih produk dan menjualnya. Mereka sebelumnya melakukan investigasi produk, dan ternyata nasi bakar dan wonton sangat disukai oleh masyarakat dari kalangan pemuda dan mahasiswa. Mereka melihat fenomena di warung nasi bakar dan warung wonton yang selalu ramai dan laris. Banyak yang mengantri untuk membeli wonton terutama dari kalangan mahasiswa.
“Oleh karena itu kami memilih dua produk ini untuk bazar technopreneurship. Kami juga mendapat banyak masukan dari dosen pengampu mata kuliah technopreneurship, dan teman-teman hingga mampu menyempurnakan nasi bakar kami pada saat bazar,” imbuhnya.
Ivan berharap dengan diadakannya kegiatan bazar ini bisa menjadi sarana praktek pembelajaran berwirausaha bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah technopreneurship.
“Dengan bazar ini kami dapat mengasah kreativitas dan jiwa entrepreneurship sebelum nanti lulus dan terjun ke masyarakat. Selain itu kami juga dapat menerapkan ilmu yang kami pelajari. Semoga tahun depan skala bazar dapat diperbesar untuk menjangkau peserta bazar, serta konsumen yang lebih luas lagi,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)