ITN MALANG NEWS-Pertama dan utama dalam memulai bisnis bukanlah seberapa besar modal yang dimiliki, melainkan bagaimana keadaan atau apa kebutuhan lokasi yang akan dijadikan lahan bisnis. Kemampuan membaca situasi atau potensi bisnis adalah modal berbisnis sesungguhnya. Jadi berbisnis bukan seberapa besar modal, melainkan apa yang bisa dijual. Begitulah penyampaian Ir. Ridwan Abadi, pembicara dalam acara Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Kopertis wilayah VII Jawa Timur koordinasi wilayah Malang di Aula ITN Malang pada Sabtu (4/7) lalu.
Pria yang akrab disapa Ridwan tersebut memberikan contoh analisa potensi usaha lokasi tertentu. Dia mencontohkan kemampuan membaca situasi dari keadaan Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan di Jatim. Pria yang juga motivator tersebut mengasumsikan terdapat sepuluh kampus di Malang dan masing-masing jumlah mahasiswa 15.000 orang. Anggap saja setiap mahasiswa butuh 600 ribu rupiah untuk hidup sebulan. Jika dikalikan dengan jumlah mahasiswa, total uang berputar Rp 9 miliar per kampus dalam sebulan. Maka total seluruh kampus (10×9) mencapai Rp 90 miliar dalam sebulan. “Katakanlah kita berbisnis makanan, pasti laku. Mahasiswa tetap makan,” terang dia.
Selain itu, Ridwan juga berbagi tips bagaimana membangun bisnis yang bagus dan kredibel. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pebisnis dalam menjalankan usahanya. Diantaranya, aktif, solutif, trust, inovotif, believe, impact, synergi, dan antusias. “Aktif berarti terus berupaya dan mencari, solutif berarti pebisnis membuat produknya berdasarkan permintaan, trust berarti pebisnis harus menjaga kepercayaan terhadap pelanggannya,” kata pria yang juga pengusaha batagor Jepang tersebut.
Sementara inovatif berarti selalu menemukan yang baru, lebih-lebih jika bisnisnya sudah berjalan agar tidak tersaingi dengan yang lain. Believe percaya bahwa bisnisnya akan sukses, impact dapat memberikan manfaat kepada orang lain, misalnya pada masyarakat atau kerabat. Sinergi melibatkan banyak orang tidak sendirian. “Produksi kripik Maicih, itu tidak dibuat sendiri bahannya, dia melibatkan orang lain yang buat, dia hanya packaging saja, itu sinergi,” lanjut pria pengusaha susu itu. Dan antusias berarti pebisnis tidak boleh loyo atau kelihatan loyo. Karena pebisnis berhadapan dengan karyawan. “Kalau bosnya loyo, gimana karyawannya,” tukas Ridwan. (her)