Tim Biogenia PKM-RE ITN Malang mengangkat penggunaan ekstrak daun salam sebagai biokatalis dalam proses pembuatan biodiesel. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Daun salam banyak manfaatnya baik dalam dunia kesehatan, kecantikan, maupun sebagai bumbu penyedap. Tapi tahukah kalian bahwa daun salam juga bisa menjadi bio-katalis dalam proses pembuatan biodiesel. Hal inilah yang dilakukan oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang).
“Dalam penelitian ini kami ingin melihat pengaruh penggunaan ekstrak daun salam sebagai bio-katalis terhadap biodiesel,” ujar Fitri Icha Oryza Sativa, ketua Tim PKM-RE ITN Malang saat dihubungi lewat sambungan WhatsApp.
Baca juga: Wisudawan Teknik Kimia Ubah Daun Seledri menjadi Teh Herbal
Dibawah bendera Tim PKM-RE Biogenia selain Fitri Icha Oryza Sativa (2020), dari Teknik Kimia S-1 ITN Malang juga bergabung Tia Ardya Wahyu Cahyani (2020), Rizky Nartika Nurfitri (2020), Eka Maretyaningsih A. (2022), dan dari Teknik Mesin S-1 ITN Malang Ahmad Faisal Alfiniam (2022). Dengan pembimbing Dr. Elvianto Dwi Daryono S.T. M.T., dosen teknik kimia.
PKM-RE mengangkat judul Penggunaan Ekstrak Daun Salam (Eugenia Polyantha) sebagai Biokatalis dalam Proses Pembuatan Biodiesel. Sementara Tim Biogenia sendiri merupakan perpaduan kata dari Bio merupakan kepanjangan dari biodiesel, dan Genia merupakan kepanjangan dari eugenia polyantha nama lain dari daun salam.
“Melalui kajian studi literatur kami akhirnya memilih penelitian daun salam sebagai biokatalis. Karena sebelumnya hanya ada sedikit penelitian tentang biodiesel dengan proses interesterifikasi menggunakan bio-katalis. Sehingga kami mencoba menggunakan bahan daun salam,” kata Fitri.
Tim mahasiswa teknik kimia ini membuat biodiesel dengan memanfaatkan minyak jelantah dengan biokatalis dari ekstrak daun salam menggunakan reaksi interesterifikasi. Minyak jelantah diambil dari limbah sisa penggorengan yang setiap hari dihasilkan oleh warung dan rumah tangga. Sementara daun salam mengandung minyak atsiri sebagai katalis. Minyak atsiri dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk biodiesel sehingga tidak memerlukan proses pemisahan di akhir reaksi. Selain itu, penggunaan minyak atsiri juga lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Elvianto Dwi Daryono Teliti Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit hingga jadi Doktor
Menurut Fitri, dalam pembuatan biodiesel ini tidak seperti pembuatan biodiesel pada umumnya yang menggunakan proses transesterifikasi. Namun, Tim Biogenia menggunakan reaksi interesterifikasi dimana reaksi ini menghasilkan produk samping berupa triacetin.
“Untuk reaksi interesterifikasi kami menggunakan metil asetat sebagai penyuplai gugus alkil. Jadi, minyak jelantah yang kami gunakan akan ditambahkan dengan metil asetat dan biokatalis ekstrak daun salam,” beber Fitri.
Rizky Nartika Nurfitri menambahkan, untuk melihat kandungan dari biodiesel hasil reaksi interesterifikasi ini mereka menggunakan uji GC (Gas Chromatography) dan uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).
Harapannya biodiesel yang dihasilkan sesuai dengan SNI. Seperti nilai densitas sekitar 850 – 890, angka asam harus 0,5 persen, dan kadar metil ester harus 96,5 persen. Nilai-nilai tersebut yang akan mempengaruhi produk ketika diaplikasikan pada motor.
“Harapannya produk dari penelitian ini kelak dapat menggantikan bahan bakar yang harganya sekarang lagi mahal. Bahan baku dari produk ini juga gampang ditemukan, yaitu minyak jelantahnya bisa menggunakan dari sisa bekas rumah tangga atau warung. Serta daun salam di Indonesia sangat melimpah,” kata Rizky. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)