ITNMalangNews.com – Rektor ITN Malang, “Selalu berupaya meningkatkan kapasitas diri dan pengetahuan merupakan tugas penting yang harusnya menjadi perhatian serius para dosen. Pasalnya mereka bergaul dengan para mahasiswa, dimana ia menjadi salah satu sumber inspirasi, motivasi, dan bahkan sumber pengetahuan. Untuk itu ada beberapa tradisi yang harus dilakukan dosen agar tetap memerankan diri sebagaimana perannya bagi para mahasiswa, yaitu para dosen harus membaca, menulis, dan bisa berbahasa Inggris”. Demikian ulasan Rektor ITN Malang, Dr.Ir.Lalu Mulyadi,MT, dalam acara penyerahan Surat Keputusan (SK) kepada para dosen baru ITN Malang pada Rabu (7/10) lalu.
Dalam acara yang berlangsung di Aula ITN kampus I tersebut Rektor ITN Malang didampingi oleh Dr.Ir. Julianus Hutabarak, MM, wakil rektor II, Dr. Ir. Kostamar MT, wakil rektor I, Drs. Harnadi Iswandi S.Pd. M.Si, perwakilan dari P2PUTN.
Lalu, sapaan akrab Rektor ITN Malang Dr.Ir. Lalu Mulyadi,MT, juga menekankan soal penampilan juga penting bagi para dosen muda. Penampilan dalam arti penampilan sebagai dosen, bukan sebagai artis atau kiai. Karena itu yang akan membedankan dirinya sebagai dosen dengan para mahasiswa. “Jadi dosen badannya kalau bisa agak digemukkan sedikit, karena banyak mahasiswa yang kurus-kurus, nanti tidak ada bedanya dengan mahasiswa,” terangnya tersenyum.
Sementara Kostamar, wakil Rektor 1 ITN Malang menambahi soal visi ITN Malang ke depan. Menurutnya sebagai salah satu institut unggul di Jawa Timur, ITN memiliki dua poin yang ingin dan sedang dilakukan yaitu teknologi tinggi yang mudah diterapkan serta ekplorasi energi terbarukan dan green energy. Untuk itu, menurutnya peran dosen sangat penting sebagai motivator dan fasilitator bagi mahasiswa. “Dosen pengajar lagi, melainkan motivator agar mahasiswa terus berkarya,” paparnya melengkapi ulasan Rektor ITN Malang.
Dia juga menambahi bahwa ada tiga hal yang mesti dipenuhi oleh seorang dosen. Yaitu cerdas dalam arti tepat bersikap dan pintar, menjadikan profesi sebagai hobi dan panggilan, dan bekerja sepenuh hati. Tanpa itu, maka profesi dosen menjadi hambar. “Kan repot kalau mahasiswanya lebih pintar dari dosennya, atau saat bekerja tertekan karena tidak sepenuh hati,” tukasnya menyambung ulasan Rektor ITN Malang. (her)

