Kepala Pusat Karir ITN Malang, Dr. Lila Ayu Ratna Winanda, ST., MT., (dua dari kanan) saat mendampingi alumni ITN Malang dalam Uji SKK di UM. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menunjukkan dominasi dalam Uji Sertifikasi Kompetensi Kerja (SKK) Jenjang 6 yang diselenggarakan oleh Balai Jasa Konstruksi Wilayah (BJKW) IV Surabaya, di bawah Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian PUPR. Uji SKK Jenjang 6 merupakan proses mendapatkan sertifikat yang menunjukkan kompetensi tenaga kerja di bidang konstruksi, yang merupakan tingkat keahlian menengah.
Acara yang digelar di Universitas Negeri Malang (UM) pada Kamis (18/09/2025) ini diikuti oleh 105 alumni dan fresh graduate dari berbagai program studi, termasuk Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Sipil, dan Arsitektur. Hal ini menjadikan ITN Malang sebagai perguruan tinggi dengan jumlah peserta terbanyak.
Baca juga: ITN Malang Buka Kesempatan Alumni Berkarir di Perusahaan Perkapalan Korea Selatan
Pelaksanaan uji SKK tahun ini berbeda dari sebelumnya yang diadakan di ITN Malang. Kali ini, UM menjadi tuan rumah untuk efisiensi, menggabungkan beberapa perguruan tinggi seperti ITN Malang, UM, Politeknik Negeri Malang (Polinema), dan Universitas Merdeka (Unmer). Meskipun begitu, ITN Malang berhasil mengirimkan jumlah peserta paling banyak.
Kepala Pusat Karir ITN Malang, Dr. Lila Ayu Ratna Winanda, ST., MT., menyatakan, awalnya ITN hanya mendapat kuota 50 orang. Namun, karena antusiasme yang tinggi dari alumni, pihaknya mengajukan penambahan kuota. “Kami ajukan 105 orang, dan alhamdulillah disetujui,” ujar Lila saat ditemui di ruangannya pada Senin (22/09/2025).
Dibandingkan tahun lalu yang hanya diikuti 75 peserta, peningkatan jumlah peserta ITN Malang tahun ini cukup signifikan. Total peserta dari seluruh perguruan tinggi mencapai 360 orang, dengan rincian kuota UM 100 orang, Unmer 57, dan Polinema 101.
Program uji SKK ini difasilitasi oleh Pusat Karir ITN Malang dan sepenuhnya gratis bagi para alumni. Kehadiran para petinggi, seperti Kepala Balai Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya dan Direktur Jenderal Bina Konstruksi menambah nilai penting acara tersebut.
Sertifikasi ini membuka peluang karir sebagai supervisor K3, manajer pelaksana gedung, dan manajer pelaksana jalan. Lila berpesan bahwa tujuan dari SKK adalah untuk menambah kompetensi dan kesiapan para alumni terjun ke lapangan, mengingat tuntutan dunia kerja saat ini tidak hanya membutuhkan ijazah, melainkan juga sertifikat kompetensi.
Menariknya, salah satu asisten Direktur Jenderal Bina Konstruksi ternyata merupakan alumni Teknik Sipil S-1 ITN Malang angkatan 1988. Kehadirannya menciptakan momen “reuni” yang tak terduga bagi Lila. “Banyak asesor yang juga merupakan alumni ITN Malang, baik lulusan dari S-1 maupun S-2,” katanya yang membuat suasana terasa lebih akrab.
Lila berharap ke depannya ITN Malang bisa mendapatkan lebih banyak kuota lagi atau bahkan menjadi tuan rumah kembali. “Peluangnya sebenarnya banyak, namun sayangnya perguruan tinggi tidak banyak yang memanfaatkan,” tambahnya.
SKK: Bekal Penting Menuju Dunia Kerja
Anggi Putri Faradifa, salah satu peserta dari Teknik Elektro S-1 mengungkapkan, sertifikat SKK sangat penting, terutama bagi fresh graduate. “Tujuan utama saya mendapatkan pengakuan resmi terhadap kompetensi yang saya miliki. Dengan adanya sertifikat ini, saya berharap dapat meningkatkan daya saing di dunia kerja,” tuturnya saat dihubungi lewat sambungan WhatsApp.
Ia menambahkan, SKK menjadi bukti nyata bahwa lulusan baru tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang sesuai standar profesi. Hal ini memberikan nilai tambah saat melamar pekerjaan, karena banyak perusahaan mencari tenaga kerja yang sudah tersertifikasi.
Anggi juga berbagi tips persiapan, mulai dari mempelajari kembali materi teknis, memperdalam pemahaman, hingga melakukan latihan praktik. “Materi uji SKK sangat relevan dengan bidang studi saya di Teknik Elektro, seperti instalasi, pengukuran, dan penerapan standar keselamatan kerja,” jelasnya.
Yudhistira Yudha Prasetya, peserta lain dari Prodi Teknik Sipil S-1 juga merasa hal serupa. Ia mengikuti SKK untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi Kerja dan pengalaman baru, mengingat beberapa perusahaan kini menjadikan SKK sebagai syarat pendaftaran kerja.
“Sebelum ujian, saya belajar semua materi tentang Sipil dan membuat presentasi PowerPoint untuk dipresentasikan saat kegiatan SKK,” ujar Yudhistira.
Menurutnya, materi uji SKK memiliki relevansi yang sangat tinggi dengan bidang studi Teknik Sipil di perkuliahan, bahkan bisa dibilang sama. “Jadi, ilmu perkuliahan yang saya dapatkan sangat berguna ketika mengikuti uji SKK,” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)