Daut Hadi Winarto ST Owner PT Bhakti Terang Indonesia mencontohkan PLTS sistem on grid yang bisa diterapkan di kampus pada webinar Mahasiswa Teknik Elektro (MHE) S-1 ITN Malang, Sabtu (16/01/2021). (Foto: Tangkapan Layar Zoom Meeting)
itnmalangnews.id – Pemerintah menargetkan pertumbuhan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 25 persen di tahun 2025. Target tersebut masih jauh karena saat ini pertumbuhan EBT baru mencapai 7 sampai 9 persen. Hal ini disampaikan oleh Daut Hadi Winarto ST Owner PT Bhakti Terang Indonesia pada webinar Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang melalui platform Zoom bertajuk “Energi baru terbarukan (EBT) Sebagai Solusi Energi Masa Depan”. Tema ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan bauran EBT sebagai upaya menekan penggunaan energi berbasis fosil.
Baca juga: www.itn.ac.id
Dikatakan Daut, proyeksi kebutuhan energi negara sampai tahun 2030 akan naik 300 persen setara 3 kali lipat. Dengan meningkatnya kebutuhan energi yang naik siknifikan negara dibayangi krisis dari energi fosil khususnya minyak. Menurut data, pemerintah sejak tahun 2015 sudah mengimpor minyak bumi dan sudah mengeluarkan 2.100 triliun rupiah untuk membayar impor minyak sampai saat ini.
“Alasan inilah yang mendasari kami BUMN (PT Wika) untuk mempersiapkan engineer dari kampus-kampus (perguruan tinggi) untuk bersama-sama mempersiapkan diri menghadapi krisis energi fosil. Kami berharap ITN Malang menjadi kampus kedua setelah ITERA (Institut Teknologi Sumatera) yang memasang 1 Megawatt-peak (MWp) pembangkit listrik tenaga surya,” ungkap Daud, Sabtu (16/01/2021). Dengan para profesional menggandeng engineer diharapkan dalam jangka 15 tahun lagi Indonesia akan mampu mempersiapkan material sendiri untuk energi terbarukan.
Baca juga: Energi Baru Terbarukan (EBT) Solusi Energi Masa Depan
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) merupakan pabrik yang memproduksi material dan instrumen untuk energi terbarukan khususnya surya. WIKA berkolaborasi dengan PT Bhakti Terang Indonesia berencana menggandeng kampus-kampus untuk mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS ini nantinya tidak hanya sebagai sumber listrik, namun juga sebagai laboratorium riset R&D (Research and Development). Sehingga diharapkan mahasiswa dan dosen bisa melakukan penemuan atau membuat benda-benda baru seperti baterai, TV, robot dan lain sebagainya.
“Program ini (kerjasma) bisa mendorong serta sebagai salah satu pilar untuk mendukung ketahanan energi di Indonesia, peneliti dan penemu salah satunya dari ITN Malang. Melalui pabrik ini mahasiswa ITN juga bisa membantu area-area yang belum ada jaringan listrik PLN nya,” lanjut Daut.
Daut menjelaskan, untuk PLTS ada sistem on grid dan off grid. PLTS on grid adalah sistem PLTS yang hanya akan menghasilkan listrik ketika terdapat listrik dari grid (PLN). Sedangkan off grid adalah sistem PLTS dengan memanfaatkan baterai untuk menyimpan listrik dari PLTS. Baterai akan digunakan ketika listrik PLN mati atau jika rumah tidak berada dalam akses listrik PLN.
Baca juga: Disertasi: Analisis Terkait Microgrid Tenaga Renewable Energy
“Untuk di kampus-kampus akan digunakan sistem on grid tidak perlu baterai. PLTS akan sinergi dengan power PLN yang ada. Dengan melakukan pemasangan PLTS kita sudah mengurangi penggunaan CO2 dalam 1 MW atau kira-kira 19 ribu ton CO2 pertahun,” katanya.
Bila program kerjama pembangunan PLTS di kampus-kampus terlaksana maka besar sumbangsih kampus sebagai tempat penelitian sekaligus sebagai sosialisasi green campus.
“Apabila pertumbuhan EBT ini gagal maka suhu global akan naik dan akan mengakibatkan perubahan iklim dari hasil pencemaran global. Saya berharap ITN bisa mengispirasi Jawa Timur bahkan Indonesia, bahwa ITN menunjukkan kepedulian, semangat menghadapi krisis bersama pemerintah,” pungkas Daut.
Ketua Yayasan P2PUTN Ir Kartiko Ardi Widodo, MT saat memberi sambutan dalam kegiatan koordinasi FTI ITN Malang di kampus 2, Jumat, (15/01/2020). (Foto: Mita/humas)
Rencana kerjasama antara WIKA dan Kampus Biru juga diungkap oleh Ketua Yayasan P2PUTN Ir Kartiko Ardi Widodo, MT saat memberikan sambutan pada kegiatan koordinasi Fakultas Teknologi Industri (FTI) Jumat, (15/01/2020) yang lalu. Menurut Kartiko, saat ini ITN Malang semakin dilirik oleh pihak luar, sehingga kesempatan networking kian besar.
“ITN saat ini sedang dalam pendekatan dan negosiasi dengan Kementerian ESDM. Pemerintah akan membangun solar solar cell di (kampus-kampus) Indonesia. Kalau ini berhasil, maka ITN akan memiliki solar cell 1MW yang bermanfaat untuk laboratorium,” terang Kartiko. (mer/Humas ITN Malang)