
itnmalangnews.id – Mayoritas desa di Batu belum punya rencana jangka pendek dan jangka menengah dalam pengembangan desa berkaitan dengan konservasi lahan. Temuan ini sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penelitian Dr. Ir. Kustamar MT, Wakil Rektor I ITN Malang. “Misalnya saat masyarakat membangun jalan, tidak dilengkapi dengan ruang untuk selokan, atau pohon di sekitar jalan. Padahal untuk konservasi lingkungan yang baik hal mestinya ada,” demikian ujar pria asal Blitar tersebut saat ditemui di ruang kerjanya kemarin (1/8).
Menurut Kustamar, dalam melakukan penelitian, mula-mula pihaknya mengklasifikasi masyarakat Desa di Batu menjadi tiga. Pertama, masyarakat mayoritas berprofesi petani dengan lahan berbatasan langsung dengan tanah perhutani. Kedua, masyarakat mayoritas petani dengan lahan tidak berbatasan langsung dengan lahan perhutani. Ketiga, masyarakat yang mayoritas bekerja di home industry.
Dari tiga jenis masyarakat ini setelah diteliti ditemukan persamaan dan perbedaannya. Persamaannya adalah mereka tidak memiliki rencana soal konservasi lahan. Perbedaannya, untuk masyarakat petani yang berbatasan langsung dengan lahan perhutani memilih menggunakan lahan perhutani. “Mereka biasanya menanam sayur,” terangnya. Sementara masyarakat dengan profesi home industry tidak memiliki pengolahan limbah.
Dari temuan ini, bapak tiga anak tersebut menyarankan agar pemerintah membuat prioritas aturan yang mengatur rencana konservasi bersamaan dengan pembangunan fisik lainnya, sehingga konservasi lahan dapat berjalan dengan baik. “Atau misalnya dibuat melalui RPJM Desa, apalagi sekarang dana desa sudah besar dari pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan bersama dua orang peneliti lainnya yaitu Ir. Togi H. Nainggolan MS, dan Agung Wicaksono ST, MT tersebut sudah dibukukan dengan judul Konservasi Sumber Daya Air. (her)