itnmalangnews.id – Penampilannya sederhana, mengenakan baju hem lengan panjang dan celana kain biasa. Cara bicaranya begitu antusias dan motivasional, visinya jauh ke depan, dan menyukai renegerasi pembelajaran pada anak-anak muda. Itulah kesan saat bertemu dengan Didit Pramono Prajitno, alumni Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang kini sukses berkarir di dunia internasional sebagai field service engineer conshore di Abu Dhabi National Oil Company.
Ditemui di kampus II ITN Malang, Didit menceritakan kisah perjuangannya mulai sejak belajar di kampus biru hingga dia menjadi orang penting di dunia perminyakan. Pria kelahiran Kediri tersebut mulai masuk ITN Malang pada 1997 di Program Studi Teknik Mesin D III. Selama belajar dia merasakan betapa beratnya tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Ditambah lagi keterbatasan media yang bisa digunakan untuk mengakses materi kuliah. “Sekarang enak ada internet. Apa-apa bisa dicari di google, di zamanku itu tidak ada, semua tugas-tugas ditulis tangan,” kenangnya tersenyum saat ditemui menjelang acara kuliah tamu, Sabtu (2/6).
Namun demikian, Didit menjalani semua proses kuliah dengan sabar dan tekun. Malah dia merasa beruntung ada akan dari dosennya dulu, karena dengan demikian membuat dirinya semakin tangguh, tidak cengeng dan mandiri. Tempaan itu terasa saat dia mulai berkarir di dunia internasional. “Saya merasa beruntung dosen dulu menempa saya, saya menjadi semakin tangguh. Dan itu terasa setelah saya kembali ke masyarakat,” ucapnya.
Yang paling terkesan diingatan Didit adalah saat dia mengerjakan tugas akhir. Saat dia bimbingan dengan salah satu dosennya, ternyata dia mendapat respon yang mengagetkan. Saat itu dia datang ke pembimbing untuk mengecek hasil karya akhirnya yang sudah ditulis tangan, tetapi ternyata belum dibaca keseluruhan karya langsung ditolak. “Hanya dibaca sedikit langsung dikembalikan, akhirnya saya harus memperbaiki dan nulis lagi,” kata dia tersenyum. Namun semua kepahitan perjuangan itu, membuat Didit sebagai pribadi yang teguh dan memiliki prinsip yang kuat.
Dia mengakui memang sejak kuliah sudah punya tekat yang kuat untuk bekerja di dunia internasional. Salah satu buktinya, saat itu dia sudah peduli akan pentingnya bahasa Inggris sehingga dia belajar lebih dulu akan bahasa internasional itu. Cara belajar bukan ikut kursus melainkan menemui bule-bule untuk praktik langsung. “Mau kursus dulu tidak punya uang, akhirnya datang ke EF (English First) untuk ketemu bule dan praktik. Tidak bayar itu,” ujarnya.
Baca juga: Alumni ITN Malang di Balik Pembangunan Jembatan Simpang Susun Semanggi Jakarta
Baca juga: Talkshow Perancang Arsitektur ITN Malang Hadirkan Alumni Sukses
Setelah dia lulus dari ITN Malang tahun 2000, dia langsung mencoba melamar di PT Freeport Indonesia. Ternyata diterima sebagai technition dump truck. Namun pada 2002 dia pindah tempat kerja di PT Trakindo Utama sebagai field service engineer. Bekerja selama empat tahun, lalu pindah lagi ke Caterpillar Inc pada 2006 dengan posisi sebagai field ervice engineer area Timur Tengah dan Africa. Enam tahun kemudian karir semakin menanjak, kini dia masuk di Schlumberger-KSA King Saudi Arabia tetap sebagai field service engineer. “Dan sejak 2012 hingga sekarang saya sebagai field service engineer di Abu Dhabi National Oil Company,” kata dia.
Dari semua pengalaman berhara ini, Didit berpesan kepada semua mahasiswa khususnya ITN Malang untuk tidak minder dengan mahasiswa kampus manapun. Karena saat ini yang dibutuhkan bukan nama kampus tetapi skill personal. Dan tak kalah penting dari itu adalah kemampuan berbahasa Inggris. (her)