Dr. Lila Ayu Ratna Winanda, ST., MT., doktor Bidang Teknik Sipil (Manajemen Proyek Konstruksi), meneliti ‘Sistem Pemantauan Pekerja Konstruksi Secara Realtime untuk Mendukung Keputusan Keselamatan dengan Fuzzy Berbasis Pengetahuan’. (Foto: Mita/humas)
itnmalangnews.id – Pekerjaan konstruksi menyumbang angka kecelakaan terbesar hampir di seluruh Indonesia. Pasalnya pekerjaan proyek konstruksi sangat dinamis, dan kompleks. Dengan jadwal kerja yang ketat, sering memicu tingginya angka kecelakaan dibanding bidang lainnya. Sementara, monitoring dengan mengandalkan sepenuhnya pada petugas K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tidak memungkinkan, baik dalam hal sumber daya manusia, maupun waktu.
Baca juga: www.itn.ac.id
Melihat fenomena tersebut mendorong dan meluluskan Dr. Lila Ayu Ratna Winanda, ST., MT., menjadi doktor Bidang Teknik Sipil (Manajemen Proyek Konstruksi), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Lila mengangkat disertasi berjudul ‘Sistem Pemantauan Pekerja Konstruksi Secara Realtime untuk Mendukung Keputusan Keselamatan dengan Fuzzy Berbasis Pengetahuan’.
Keputusan Lila sejalan dengan kenyataan kecelakaan kerja yang mengalami peningkatan. Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, meningkatnya kasus kecelakaan kerja dari sebelumnya 114.000 kasus pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020. Hal ini diungkapkan Menaker saat Peringatan Bulan K3 Nasional di Kilometer Nol Sabang, Selasa (12/12/2021) silam.
“Apalagi pelaksanaan konstruksi saat ini sedang gencar dijalankan oleh pemerintah. Dilihat dari kajian literatur kasusnya (kecelakaan kerja) tinggi di Indonesia, bahkan juga di negara lain. Makanya, diperlukan pendekatan sistem pemantauan secara real time sebagai early warning system (EWS), untuk mendukung pengambilan keputusan keselamatan bagi pekerja konstruksi,” jelas Lila ketika ditemui di Ruang Humas ITN Malang awal bulan Februari 2022 yang lalu.
Menurut dosen Teknik Sipil S-1 ITN Malang ini, kenyataannya secara teori faktor terbesar penyebab kecelakaan kerja berasal dari pekerjanya. Maka, dalam penelitiannya Lila memfokuskan pada sumber daya manusianya (pekerja/tukang). Dimana kebanyakan pekerja masih minim pengetahuan dan pelatihan, sehingga peluang mengalami kecelakaan tinggi sekali. Sementara pengawasan K3 proyek masih mengandalkan checklist dan jika ada kejadian cenderung ditutup-tutupi karena menyangkut nama perusahaan.
“Untuk riil zero accident itu belum dapat dicapai. Kita juga tidak bisa menyalahkan pekerja sepenuhnya. Makanya, kami berusaha membuat sebuah peringatan dini. Sehingga saat orang mau bekerja dan selamat bekerja, kami bisa memantau kondisi fisiknya secara otomatis dan realtime. Karena pengawas juga tidak mungkin memantau sekian banyak pekerja selama jam kerja secara terus menerus,” kata Lila.
Alumnus Teknik Sipil S-1 ITN Malang ini kemudian membuat otomasi dengan sistem software. Sistem pemantauan keselamatan pekerja konstruksi secara real-time. Disusun dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan melalui penelusuran pengetahuan dari para pakar, observasi lapangan, dan literatur pendukung dengan prosedur penalaran. Untuk penyelesaiannya menggunakan metode fuzzy.
Lima sistem fuzzy berbasis pengetahuan (fuzzy knowledge-based) disusun dan dikembangkan dalam mekanisme kesiapan kerja (performance) dan kelelahan pekerja konstruksi selama jam kerja, analisis fuzzy untuk tingkat bahaya dan efek lingkungan proyek, yang kemudian digabungkan dalam analisis keputusan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi.
Pengembangan sistem berdasarkan kondisi internal pekerja seperti denyut jantung, suhu tubuh, dan aktivitas otot. Sementara untuk kondisi eksternal dilihat dari lingkungan proyek (jarak bahaya, ketinggian jatuh, penggunaan peralatan keselamatan, kebisingan, dan pencahayaan), ditunjang oleh database K3 perusahaan, diproses dengan fuzzifikasi, inferensi dan defuzzifikasi. Untuk menghasilkan output rekomendasi keputusan keselamatan bagi pekerja konstruksi yang diwujudkan dalam bentuk program aplikasi untuk memudahkan pengguna.
“Petugas K3 dapat memantau kondisi kesiapan pekerja sebelum memulai pekerjaan dan selama jam kerja berlangsung. Penilaiannya dari kondisi fisik, di luar psikologis pekerja. Sebelum bekerja, dapat dilihat bagaimana denyut jantung dan suhu tubuhnya sebagai indikator utama dari kelelahan fisik. Dalam sistem ini kami istilahkan sebagai “performance” kesiapan kondisi tubuh untuk bekerja. Jika indikator ini menunjukkan nilai rendah, maka sistem akan memberi warning, jadi dia tidak boleh bekerja,” terang Lila.
Dikatakan Lila, sebelum bekerja semakin tinggi persentase performance pekerja, maka kondisi fisik semakin bagus. Ketika mencapai 100 persen berarti kondisinya sangat prima. Dengan performansi 60 persen ke atas dipastikan pekerja siap bekerja. Tapi sebaliknya, jika dibawahnya akan menjadi warning bagi petugas K3. Karena, jika dilanjutkan bekerja bisa jadi tidak mampu, atau drop kondisinya. Nah, disinilah warning system ini bekerja.
Lila melanjutkan, selain faktor manusianya, juga ada faktor dari lokasi kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya. Yakni, karakteristik proyek dan kondisi lingkungan. Karakteristik proyek antara lain, ketinggian lokasi pekerjaan, kedekatan pekerja dengan lokasi bahaya, peralatan safety yang ada di lapangan, dan lain sebagainya. Sementara faktor lingkungan berkaitan dengan cuaca, suhu udara pada lokasi proyek yang terbuka, pencahayaan, kebisingan akibat peralatan kerja, dan lain-lain.
Baca juga: Mahasiswa Teknik Lingkungan Belajar dan Aplikasi Manajemen Sampah di Kabupaten Malang
“Kalau pekerja memakai alat keselamatan seperti helm, atau pada lokasi proyek diberi pagar pengaman, itu sebenarnya hanya untuk mereduksi keparahan jika terjadi kecelakaan kerja. Bagaimanapun kecelakaan itu tetap bisa terjadi. Paling tidak, dengan indikasi-indikasi yang ditunjukkan oleh sistem ini, dapat memberi warning dan kita bisa mencegahnya,” imbuhnya.
Dari penelitian Lila, performansi sistem fuzzy berbasis pengetahuan (fuzzy knowledge-based) yang dikembangkan telah berjalan dengan baik sesuai hasil uji konsistensi aturan fuzzy yang mencapai 100 persen, dengan ketepatan dalam memberikan rekomendasi keputusan keselamatan pekerja konstruksi sebesar 97.5 persen. Sistem ini juga terbukti sangat membantu dalam memantau kondisi keselamatan pekerja konstruksi dengan uji secara fungsional, dan kebermanfaatan sistem bagi pengguna sebesar 95.8 persen.
Sistem ini mampu merepresentasikan berbagai perubahan kondisi fisiologis pekerja, dan lingkungan proyek, serta konsekuensi potensi bahaya yang dapat menimpa pekerja. Sehingga diberikan rekomendasi keputusan untuk menjamin keselamatan pekerja konstruksi. Rekomendasi kesiapan pekerja sebelum memulai pekerjaan diberikan berdasarkan “performance” pekerja, dilanjutkan dengan pengawasan secara real-time selama jam kerja, dan rekomendasi keputusan keselamatan sesuai dengan update kondisi pekerja, dan lingkungan proyek konstruksi.
Menilai orang sangat berbeda perlakuannya daripada menilai benda mati. Untuk itu, Lila melakukan banyak kajian disiplin ilmu dengan banyak pakar seperti ahli konstruksi, ahli bidang pengawasan K3, teknik biomedik, dokter jantung, ahli gizi, ahli gizi olahraga, industri, serta kedokteran kesehatan militer. “Karena menurut jurnal yang saya baca, ternyata proses kegiatan pelatihan militer dengan kondisi tukang hampir sama,” katanya.
Sistem pemantauan keselamatan pekerja konstruksi ini sangat membantu petugas K3/ penanggung jawab proyek untuk menjamin keselamatan pekerja melalui rekomendasi keputusan melalui sebuah early warning system untuk pencegahan kecelakaan konstruksi selama jam kerja. Sistem pemantauan keselamatan yang direalisasikan merupakan bagian dari perwujudan modernisasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi sehingga tercapai zero accident pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Penelitian yang dilakukan Lila masih seputar sistem software. Untuk itu kolaborasi disiplin ilmu lain juga dilakukan ketika mengintegrasikan antara system software dan hardware. Karena menyangkut keilmuan teknik informatika, dan teknik elektro. “Early warning system sudah mengakomodasi dari sisi pekerja, proyek, dan faktor lingkungannya sendiri. Kami inginnya mewujudkan sistem safety yang modern. Meskipun adopsi teknologi pada industri konstruksi masih agak sulit. Merubah mindset pelaksanaan proyek untuk meng-automasi prosesnya dan menyiapkan tenaga kerja yang terampil memang tidak mudah. Karena basic pekerjaan konstruksi itu melibatkan paling banyak sumber daya manusia informal,” tandas dosen asal kota tahu ‘Kediri’ ini.
Lila lulus program doktor sangat memuaskan dengan pencapaian nilai IPK 4.00, atas bimbingan Prof Dr Ir Nadjadji Anwar, M.Sc., Tri Joko Wahyu Adi, ST MT PhD., dan Dr Achmad Arifin, ST M.Eng. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)