Gusti Ayu Putu Tasia Kirana lulusan terbaik Teknik Geodesi S-1, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021. (Foto: Yanuar/humas)
itnmalangnews.id – Kota Denpasar, sebagai ibu kota Propinsi Bali menjadi pintu masuk utama saat mengunjungi destinasi wisata Pulau Bali. Denpasar juga merupakan kota terpadat di Bali. Dengan jumlah sektor wisata yang terus meningkat tentunya berkorelasi kepada tingginya pertumbuhan bangunan. Belum lagi jumlah kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan menyebabkan perkembangan kota meluas ke daerah pinggiran.
Baca juga: Baca juga: www.itn.ac.id
Pembangunan Kota Denpasar yang terus meningkat menyebabkan ruang terbuka hijau semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan Kota Denpasar rawan banjir, khususnya pada musim penghujan. Kawasan resapan air seharusnya menjadi hal yang patut diperhatikan untuk keberlangsungan masyarakat. Maka, masalah siklus hidrologi/siklus air menjadi kritis di beberapa daerah di kota Denpasar.
Kondisi ini menjadi perhatian Gusti Ayu Putu Tasia Kirana. Tasia akrab disapa mencoba mengidentifikasi perubahan dan tingkat kekritisan kawasan resapan air di Kota Denpasar dengan menggunakan data spasial dan non spasial dari tahun 2016 – 2020.
Baca juga: Ulang Prestasi, Taekwondo ITN Malang Borong Enam Medali
“Saya menggunakan beberapa SHP (shapefile) penunjang yang memang patokannya dari PM Kehutanan (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Dan juga pengolahan citra untuk membuat tutupan lahannya, sehingga terlihat perubahan kawasan resapan air,” terang Tasia lulusan terbaik Teknik Geodesi S-1, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021.
Shapefile sendiri merupakan format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografis. Dari analisis tersebut dapat dilihat luasan wilayah yang kritis dari tahun 2016. Kemudian loncat di tahun 2020 tingkat kekritisannya semakin meningkat, karena perubahan tutupan lahan di kawasan Kota Denpasar cukup tinggi.
“Jadi, ini bisa menjadi pertimbangan buat Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya menanggulangi tingkat pertumbuhan penduduk dan bangunannya. Ini juga bisa dikaji beberapa tahun ke depan, agar tingkat kritisnya tidak semakin tinggi,” lanjut Tasia, saat membeberkan skripsinya yang berjudul Studi Perubahan Kawasan Resapan Air Tahun 2016-2020 Menggunakan Citra Satelit Sentinel-2, di ruang Humas ITN Malang beberapa waktu lalu.
Baca juga: Hari Disabilitas Internasional: Mahasiswa Kenalkan Teknik Geodesi dengan Peta
Putri asal Tabanan Bali ini menggunakan citra satelit sentinel-2 untuk klasifikasi supervised tutupan lahan. Dengan analisa data skoring bobot menggunakan 5 parameter. Yaitu jenis batuan/geologi, jenis tanah, kemiringan lereng, curah hujan, dan kerapatan aliran sungai.
“Masing-masing punya bobot tertentu yang sudah ada patokannya di PM Kehutanan. Dan ditambah lagi overlay dengan tutupan lahan dari citra Sentinel,“ beber pemilik IPK 3.59 ini.
Dari penelitian didapatkan hasil 6 kelas klasifikasi dalam kawasan resapan air Kota Denpasar. Yaitu baik, normal alami, agak kritis, mulai kritis, kritis, dan sangat kritis. “Output-nya penelitian berupa peta kawasan resapan 5 tahun mulai tahun 2016-2020,” pungkas putri pasangan I Gusti Kade Murdiana Ssn dan Ni Luh Putu Eni Wahyuni AR ini. (me/Humas ITN Malang)