
itnmalangnews.id – Wakil Rektor I Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Dr. Ir. Kustamar, MT, cukup aktif dalam menulis. Hal itu ditunjukkan dari karya buku yang sudah beliau terbitkan. Sejauh ini, pria kelahiran Blitar itu sudah menerbitkan tiga buku, di antaranya: tentang Hidrologi, Metode Konservasi, dan yang terbaru Konservasi Sumber Daya Air. “Buku yang ketiga ini lebih applikatif untuk diterapkan,” terang Kustamar saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (10/10).
Dalam kesempatan tersebut, Kustamar menjelaskan hal penting yang disampaikan dalam buku yang merupakan hasil penelitiannya di kawasan Kota Batu. Menurutnya, buku itu disusun dengan orientasi mengendalikan erosi permukaan lahan dan pencucian unsur hara khususnya untuk lahan pertanian yang memiliki kemiringan tertentu. “Di Kota Batu, 30 persen lahan pertanian berada dalam kemiringan tertentu, agar tidak terjadi erosi ini perlu dicegah,” kata dia.
Baca: ITN Malang Bentuk Tim Khusus Songsong Akreditasi A
Ada dua indikator yang diamati oleh Kustamar dalam penelitian yang dilakukan selama tiga tahun itu, yaitu volume sedimen yang mengendap di sungai dan produktivitas budidaya pertanian. Indikator pertama untuk memastikan sungai tidak cepat mengalami pendangkalan sehingga dapat menampung debit air, yang kedua agar ada perbaikan hasil pertanian dan masyarakat diuntungkan secara ekonomi. “Jika masyarakat sudah diuntungkan secara ekonomi, maka mereka akan berpartisipasi aktif dalam menjaga konservasi air,” tutur ahli air kampus biru tersebut.
Pria yang juga alumni ITN Malang itu, juga menjelaskan bagaimana melakukan budidaya pertanian pada lahan konservasi dengan kemiringan tertentu agar dapat meminimalisir erosi. Mula-mula lahan harus ditanami tanaman keras, seperti apel, kopi, dan sejenisnya. Tanaman ini dapat mengikat tanah dengan cukup kuat. Kemudian metode penanamannya dilakukan dengan model terasiring. “Pola penanaman demikian sudah banyak dilakukan di Kota Batu sebagai percontohan,” tukasnya.
Dengan demikian buku Konservasi Sumberdaya Air sangat cocok diterapkan di lahan-lahan bebukitan dengan masyarakat yang senang menanam holtikultura, sehingga erosi dapat diminimalisir. (her)