Guru Besar Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, ITN Malang, Profesor Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE, Profesor Bidang Keilmuan Teknik Industri. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Profesor menjadi puncak karir jabatan akademik yang diharapkan hampir semua kalangan akademisi. Bagi dosen, gelar profesor atau guru besar menjadi gelar prestisius dimana untuk mendapatkannya perlu kerja keras, kerja cerdas, dan ketentuan Tuhan. Secara akademik, karir dosen untuk menuju guru besar melalui empat jenjang. Yakni, asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan puncaknya profesor/guru besar.
Kerja keras inilah yang sudah dilalui oleh Profesor Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Setelah 35 tahun mengabdi, dosen Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) ini kini berhasil menduduki puncak karir jabatan akademik sebagai Profesor Bidang Keilmuan Teknik Industri. Prof Julianus mengajukan gelar profesor pada tahun 2019, dan disetujui dengan turunnya SK pada akhir Januari 2024 lalu.
Baca juga: Dosen Pascasarjana ITN Malang Raih Sertifikat dan Medali ASEAN Eng
“Saya resmi menjadi dosen tahun 1987. Kalau masuk ITN Malang tahun 1985 dimulai dari staf recording. Setelah lulus S-1 jadi asisten dosen, kemudian sekretaris jurusan, dan ketua jurusan teknik industri, hingga wakil rektor 2” ujar Prof. Julianus saat ditemui akhir Februari 2024 kemarin.
Prof. Julianus merupakan alumnus Teknik Industri S-1, ITN Malang angkatan 1980. Sebagai anak TNI Angkatan Laut Julianus muda ditanamkan pendidikan, kedisiplinan, kemandirian, dan semangat kerja keras. Nilai-nilai inilah yang membawanya merantau dari Surabaya ke Kota Malang untuk kuliah.
“Saya kuliah di ITN sambil bekerja. Waktu itu saya memang ingin mandiri, dengan ke luar dari Surabaya. Sambi bekerja kiriman semakin hari semakin berkurang,” kata Julianus. Ia merupakan putra pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Pintor Lohot Hutabarat, dan R.A. Hartatik.
Selain kemandirian, Julianus muda juga diajarkan oleh sang ayah akan pentingnya pendidikan. Bahkan pesan sang ayah pun masih terekam hingga sekarang. Bahwa kehidupan mereka kini berbeda dari kehidupan di Sumatera tempat keluarga besarnya berada. Di Sumatra ada sawah (untuk bekerja), kini mereka tinggal di kota dimana satu-satunya sawah adalah belajar dan giat mencari ilmu.
“Bapak juga pernah berpesan, ‘kalau menginginkan mutiara maka harus berani menyelam di laut yang dalam. Kalau ingin berhasil mendapatkan sesuatu harus mau berjuang’. Keluarga kami memang pendatang yang tidak mempunyai sawah, karena itu kami harus sungguh-sungguh dalam belajar, dan bekerja keras,” terang suami dari Luki Taning Sinta Arfiwati ini.
Dorongan dari sang ayah tersebut membawa Julianus menjadi salah satu siswa berbakat di bidang eksakta khususnya Aljabar di sekolah. Bahkan di sekolahnya SMAN 6 Surabaya Julianus kerap belajar kelompok dan berdiskusi dengan teman-temannya dalam menyelesaikan soal matematika dan kimia. Bibit-bibit inilah yang kemudian tumbuh berkembang hingga membawa Julianus berkarir di bidang akademik.
Karir putra kelahiran Surabaya 1961 ini tergolong gemilang. Tahun 1985, Julianus diterima sebagai staf recording di almamaternya. Usai lulus tahun 1986 ia direkrut sebagai asisten dosen, dan di tahun 1989 ia diangkat sebagai dosen. Selanjut, dengan biaya dari ITN Malang Julianus ditugaskan belajar ke ITB Bandung mengambil jurusan teknik dan manajemen industri. Kala itu ia menjadi satu-satunya magister teknik industri di ITN Malang dari lulusan ITB.
Baca juga: Guru SMA Nasional Malang jadi Wisudawan Terbaik Magister Teknik Industri ITN Malang
Lulus pascasarjana ITB karirnya mulai naik, tahun 1992-1999 Julianus menjabat sebagai ketua jurusan teknik industri S-1. Tahun 2000-2004 berkesempatan juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M). Bahkan jabatan ini diemban kembali di periode tahun 2010-2015, setelah sebelumnya antara tahun 2005 – 2007 sebagai kaprodi magister teknik industri program pascasarjana, dan 2008-2010 menjabat kembali sebagai ketua jurusan teknik industri S-1.
Pada tahun 2010-2014 atas dorongan kolega dan teman-temannya Julianus melanjutkan studi doktoral di Universitas Brawijaya (UB) bidang ilmu teknik mesin, peminatan teknik industri, lewat jalur beasiswa LPDP. Usai menyelesaikan doktoral, tahun 2015 Julianus diangkat sebagai Wakil Rektor I,I ITN Malang, Bidang Keuangan hingga tahun 2019.
Sebagai dosen Prof. Julianus selalu memberikan pesan kepada mahasiswa agar pendidikan dijalankan dengan sungguh-sungguh, berjuang, dan tekun. Harus bisa membagi waktu, dan meluangkan waktu mendalami apa yang sudah diberikan oleh dosen.
“Alhamdulillah usaha keras, dan semangat mengantarkan saya sampai titik ini. Memang untuk sukses harus serius bersungguh-sungguh. Tanpa istiqomah agak berat kalau semua dikerjakan di penghujung waktu,” tutupnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)