itnmalangnews.id – Ketika mengikuti lomba kategori Penyusunan Rencana Umum dalam kongres dua tahunan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI), Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menampilkan sesuatu yang berbeda, Kamis (03/10). Draft perencanaan daerah yang dinamai pepatran ini mengandung unsur-unsur budaya lokal. Pepatran pun sukses meraih juara 3. Karya ini merupakan hasil kerja empat mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITN Malang. Mereka ialah Muhammad Rizqi Firdaus, Muhammad Mukhlis Fauzi, Ivana Della Samosir, dan Siti Nurhamdi.
Tim PWK ITN Malang berfoto dengan Direktur Jenderal Pemanfaatan Ruang Kementerian Agraria. (Foto: Istimewa)
Baca juga: www.itn.ac.id
Pepatran berfokus pada pengembangan pasar tradisional di Kabupaten Gianyar. Di Bali sendiri terdapat dua macam pasar, yakni pasar umum dan pasar seni. Pasar umum menjual barang-barang seperti pasar lain, sedangkan pasar seni menjual barang-barang kesenian yang ramai menjadi destinasi pencari souvenir.
“Pepatran adalah draft RT/RW plus plus. Biasanya RT/RW hanya permukiman, tetapi kami mengembangkan sektor perdagangan dan jasa. Fokusnya adalah pasar tradisional di Gianyar dan identitas khas Bali,” jelas Della, Ketua Tim Pepatran saat ditemui di ruang Humas ITN Malang, Selasa (08/10).
Mahasiswi asli Kupang ini melanjutkan jika keberadaan sektor usaha akan mendukung perkembangan wilayah. Oleh sebab itu, perencanaan dibuat dengan meninjau RT/RW dan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) nasional serta daerah. Mereka mengawali dengan survei selama 10 hari dan membuat draft perencanaan sekitar 2—3 bulan. Pada pelaksanaannya, mereka didampingi dosen pengampu Arif Setyawan, ST, MT.
Della bercerita jika keikutsertaan dalam lomba memberi mereka banyak pengalaman. Pepatran juga mendapat masukan para juri dari ASPI, Direktur Jenderal Pemanfaatan Ruang Kementerian Agraria, dan akademisi.
“Kami lihat universitas lain anggota timnya banyak, ada yang 9 bahkan 12 orang, tapi kami dari awal hanya berempat. Kami bertekad maju dulu, menang kalah belakangan. Ternyata selain juara 3 banyak manfaat sih, kami bisa bertemu tokoh penting di daerah maupun PWK (universitas lain) dan mendapat saran dari Pak Dirjen. Kami merencanakan kebutuhan 100 tahun ke depan, namun kata Pak Dirjen perencanaan bisa berubah-ubah dalam 10 bahkan 1 tahun,” paparnya.
Baca juga: Himpunan Mahasiswa PWK Kenalkan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Sebagai Dokter Kota
Baca juga: Bersketsa dari Hati Hasilkan 25 Karya Terbaik pada Lomba Sketsa HMA
Sementara Muhammad Rizqi Firdaus menyebutkan, jika tanggapan lain yang diterima dari juri adalah kurangnya penyampaian tentang draft yang dibuat. Meski konsep karya mereka berbeda, tetapi persiapan dan pemahaman juga merupakan poin penilaian.
“Produk kami sudah selesai beberapa bulan lalu. Banyak kesibukan akhirnya baru review lagi menjelang lomba. Makanya kami masih kurang persiapan karena sudah agak lupa apa yang dikerjakan. Semoga dua tahun lagi dan seterusnya PWK ITN Malang bisa mengikuti lomba ini dengan lebih matang,” ujar mahasiswa yang akrab dipanggil Eki ini. (ata)