itnmalangnews.id – Bertepatan dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam alias minggu terakhir sebelum masa advent, Gereja St. Thomas Aquinas menggelar misa perdana. Misa tidak hanya dihadiri oleh umat Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, namun juga oleh umat sekitar dan para undangan. Pada misa kali ini, BX Soeherman, salah satu pendiri Yayasan P2PUTN (Perkumpulan Pengelola Pendidikan Umum dan Teknologi Nasional), turut menghadiri misa.
Misa Perdana Gereja St. Thomas Aquinas ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
“Gereja belum resmi, tapi sudah bisa dipakai misa. Mudah-mudahan gereja bisa tuntas sebelum Natal sehingga bisa digunakan untuk Natal bersama tahun ini,” kata Herman, Minggu (24/11).
Mulai Minggu ini, gereja akan digunakan untuk misa mingguan sembari tetap merampungkan pembangunan. Herman memandang keberadaan gereja kian mengukuhkan kerukunan dalam kampus ITN Malang. “Kami menawarkan keragaman dalam kesatuan. Bukan cuma membangun tempat ibadah tapi juga memfungsikannya secara harmonis,” lanjutnya.
Antusiasme misa perdana melampaui ekspektasi Romo Agus Purnomo, Pastur Paroki Blimbing, Kota Malang. Menurutnya, meski misa berlangsung seadanya tetapi banyak umat yang tidak kebagian kursi bahkan sampai rela mengikuti misa di luar gereja.
“Perkiraan kami umat yang datang sekitar 300 orang, tapi tadi saya lihat sampai 700 orang yang datang. Harapan saya bantuan untuk gereja dapat terus mengalir karena sedikit lagi pembangunan akan selesai,” ujarnya.
Bagian gereja yang belum rampung adalah bagian dalam seperti plafon, lantai, dan kusen. Setelah itu tinggal menambahkan instalasi listrik dan perlengkapan seperti kursi. Untuk dekorasi pun perlu menambah tempat patung. Menurut Ir. Andrianus Agus Santoso, MT, ketua pembangunan, hal-hal yang kurang tersebut akan diselesaikan secara bertahap.
Baca juga: Peletakan Batu Pertama Kapel Santo Thomas Aquinas, Dekatkan mahasiswa dengan Tempat Ibadah
Baca juga: Kepala Disbudpar dan PHDI Kota Malang Apresiasi Pura Astawinayakan ITN Malang
Dikarenakan bagian dalam bangunan masih belum dikerjakan dan dilengkapi, untuk sementara menggunakan bahan-bahan yang ada. Salah satunya adalah kursi buatan sendiri dari bambu sisa pembangunan.
“Persiapan (misa) mepet butuh kursi, berat kalau tiap minggu sewa. Akhirnya kami pakai bambu sisa pembangunan gereja. Memang hasilnya belum sesuai kursi standar, tapi bisa digunakan ibadah sementara hingga isi gerejanya rampung,” beber Agus. (ata)