Raden Edwin Febi Wicaksono lulusan terbaik Teknik Industri D-3 ITN Malang pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021, bersama mesin pengiris dan penggoreng hasil karyanya. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Mayoritas orang suka camilan. Apalagi jenis keripik yang renyah, gurih atau asin. Keripik bisa dibuat dari buah-buahan ataupun umbi-umbian. Tapi, tahukah anda bahwa untuk mengolah keripik memerlukan teknik khusus agar hasil maksimal dan pekerjaan bisa cepat selesai.
Baca juga: Baca juga: www.itn.ac.id
Hal inilah yang diteliti Raden Edwin Febi Wicaksono lulusan terbaik Teknik Industri D-3 pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Edwin panggilan akrab Raden Edwin Febi Wicaksono membantu UMKM FIN’s Snack yang berada di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang dengan membuat mesin pengiris dan penggoreng keripik.
Menurut Edwin, selama ini di Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) FIN’s Snack saat mengiris singkong masih mengandalkan cara manual dengan menggunakan pisau. Jadi, untuk mengiris dan menggoreng keripik singkong membutuhkan waktu yang lama. Selain itu posisi yang tidak ergonomi pada pekerja akan mengakibatkan tidak nyaman dan berpotensi cedera.
Baca juga: Song Cover Competition Cara Himpunan Mahasiswa Teknik Industri D3 Hilangkan Kejenuhan
“Untuk mengiris satu kilogram singkong mereka membutuhkan waktu yang lama. Jadi, itulah alasan saya membuat mesin pengiris sekaligus penggoreng. Sehingga dalam satu kilogram ketela bisa diselesaikan lebih cepat,” terang lulusan asal Bangkalan, Madura, Jatim ini, saat dihubungi lewat sambungan WhatsApp pada akhir bulan September 2021 yang lalu.
Edwin melihat, dalam bekerja pekerja mengiris dan menggoreng singkong sikap dan posisi kerjanya tidak ergonomis. Dimana pada bagian pengiris dengan kondisi menggenggam pisau di tangan kanan, dan menggenggam ketela pohon di tangan kiri dengan postur jongkok. Posisi punggung pekerja saat mengiris membungkuk ke depan (badan berada pada posisi fleksi) untuk mengiris ketela pohon. Sedangkan pada bagian penggorengan, pada stasiun penggorengan ini pekerja menggoreng dengan postur tubuh berdiri.
Baca juga: Dakwah Teknologi: ITN Malang Berbagi Inovasi Mahasiswa
Dalam skripsinya berjudul “Analisis Postur Kerja Pada Pekerja UMKM FIN’s Snack Bagian Pengiris dan Penggoreng Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)”, Edwin menganalisis postur kerja keripik pisang dengan metode REBA. Data yang digunakan dalam membantu penelitian adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan outputnya berupa desain postur kerja yang tidak bikin pekerja cepat lelah.
REBA ini merupakan metode yang cepat untuk menganalisa postur tubuh pada suatu pekerjaan yang dapat menyebabkan risiko ergonomi. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko dalam pekerjaan (kombinasi efek dari otot dan usaha, postur tubuh dalam pekerjaan, genggaman atau grip, pekerjaan statis atau berulang-ulang). Serta, dapat digunakan untuk postur tubuh yang stabil maupun yang tidak stabil. Hasil skor akhir dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah.
Dari hasil penelitian pada stasiun kerja pengirisan didapat postur tubuh memiliki tingkat risiko tinggi (high risk). Sedangkan pada stasiun kerja penggorengan, memiliki tingkat risiko rendah (low risk).
“Dengan metode REBA, akan membantu pekerja mengetahui bagaimana posisi tubuh yang benar saat bekerja. Sehingga, tubuh tidak sakit saat bekerja dan tidak mengalami cedera. Dengan memperbaiki posisi kerja ini, maka akan mempengaruhi produktivitas dari pekerja,” pungkas pemilik IPK 3,77 ini. (me/Humas ITN Malang)