
itnmalangnews.id – Sejumlah pantai di Malang mengalami krisis abrasi. Untuk mencegah abrasi, pantai ditanami mangrove alias bakau. Hal serupa dilakukan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang di Pantai Bajulmati, Malang Selatan. Sebagai informasi, di Pantai Bajulmati juga terdapat konservasi penyu, dan penyu biasa bertelur di kawasan mangrove.
Dandhy Agus Baihaqi (kanan) menerima bibit bakau dari pengelola konservasi penyu. (Foto: Istimewa)
Kegiatan bernama HMTL Green Action tersebut dilakukan pada Minggu (28/04) oleh sekitar 50 peserta, dengan rincian 7 orang dari komunitas Citycare dan sisanya dari himpunan. Dandhy Agus Baihaqi koordinator kegiatan mengungkapkan, kegiatan ini merupakan bentuk peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2019 lalu. “Green Action bertujuan untuk memperingati Hari Bumi. Selain itu, kami juga hendak mengaplikasikan pengabdian masyarakat di daerah pantai,” tuturnya.
Dandhy lantas menceritakan perjalanan mereka. “Kami berangkat naik truk TNI. Di sana kami bertemu penggerak konservasi penyu dan bergabung menjadi satu kelompok besar. Usai mendapatkan penyuluhan mengenai konservasi penyu, kami menanam sekitar 115 bibit mangrove yang sudah disediakan oleh pihak konservasi,” ungkap mahasiswa semester enam asal Tulungagung tersebut.
Mengenai konservasi penyu, Pantai Bajulmati merupakan tempat pendaratan hewan bertempurung itu. Di kawasan pantai terdapat tempat konservasi. Ketika ada penyu bertelur, telur akan dipindahkan ke tempat yang aman sampai menetas. Oleh aktivis setempat, peserta Green Action diberi penjelasan tentang seluk beluk konservasi penyu, seperti jenis, serta perkembangbiakan.
Baca juga: Mahasiswa ITN Malang Semangat Konservasi Mangrove
Baca juga: Lewat Celengan Sampah, Mahasiswa ITN Malang Beri Edukasi pada Siswa SD
Dandhy merasa kegiatan Green Action bermanfaat banyak, salah satunya adalah silaturahmi yang terjalin dengan aktivis-aktivis konservasi. Ke depannya, ia berharap HMTL bisa berpartisipasi menjaga kelestarian di sana. “Kami merencanakan controlling mangrove, tetapi belum bisa memastikan setiap berapa bulan,” tutur Dandhy.
Pada kunjungan singkat tersebut, tidak lupa mereka membersihkan pantai dari sampah. Berdasarkan pengakuan Dandhy, dari enam trash bag besar yang berhasil dikumpulkan sebagian besar berupa sampah plastik. “Sampahnya kami bawa pulang karena di sana tidak ada tempat pembuangan akhir yang memungkinkan untuk menampung sampah sebanyak itu,” lanjutnya. (ata)