
itnmalangnews.id – Skripsi, yang merupakan final perjuangan mahasiswa S1 terkenal mampu menguji fisik, menempa mental, dan menguras kantong. Mahasiswa harus bisa melewati itu semua demi meraih gelar sarjana. Sekalipun skripsi dikerjakan sendiri, kesamaan alat atau sekadar rasa senasib sepenanggungan membuat para mahasiswa saling memberi dukungan moral. Contoh kisah perjuangan skripsi datang dari kelompok Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang mengambil topik pengelasan gesek.
Baca juga: www.itn.ac.id
“Kami butuh alat pengelasan gesek untuk mengelas poros baja dan menguji kekuatan tariknya. Kami ingin menemukan kombinasi pengelasan paling baik. Ada yang memakai variasi temperatur, tekanan, dan lain-lain. Karena belum ada alatnya, kami memutuskan membuat prototype sendiri,” papar Elkana.
Mahasiswi ini mengutarakan bahwa membuat prototype sendiri akan lebih hemat daripada menyewa alat. Mereka sempat survei ke perguruan tinggi lain, dan setelah dihitung-hitung biayanya lebih mahal. “Sewa satu spesimen saja 300 ribu padahal ada 45 spesimen. Itu belum termasuk uji tarik yang dipatok 50 ribu rupiah per spesimen. Sedangkan kalau membuat alat bersihnya sekitar 5 juta ditanggung kami berlima. Sebagian bahan beli bekas, tapi ada yang beli baru,” rinci Elkana.
Beberapa komponen yang dibutuhkan adalah motor listrik, poros, tabung hidrolik, dan kompresor. Alat dirakit langsung di meja kayu secara semi permanen. Dimensi alat kurang lebih satu meter kali setengah meter. Sedangkan poros bajanya memakai baja konstruksi.
Waktu pengujian poros hanya satu minggu. Setelah dipakai skripsi, sekarang alat pengelasan gesek ditaruh di laboratorium. “Alat friction welding kami taruh di lab, tapi sayang ada kerusakan. Karena semi permanen, terjadi over vibrating. Umumnya alat itu untuk mengelas bahan lunak, sedangkan kami menggunakannya untuk mengelas baja karbon rendah,” tutup mahasiswi kelahiran Lumajang tersebut. (ata)