ITN Malang membagikan hampir 600 paket daging kurban kepada keluarga besar ITN Malang, pensiunan, panti asuhan, dan masyarakat sekitar kampus. (Foto: Yanuar/Humas)
itnmalangnews.id – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menyalurkan hampir 600 paket daging kurban. Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di kampus 2, pada Kamis (29/6/2023). Setelah sebelumnya ITN Malang bersama Masjid Muhajirin menggelar salat Iduladha 1444 H di Halaman Rektorat Kampus 1 ITN Malang, Rabu (28/6/2023).
Baca juga: www.itn.ac.id
“Kegiatan rutin (penyembelihan) sebagai siar agama Islam dan ITN Malang. Kami ingin berbagi dengan masyarakat,” ujar Dr. Agung Wicaksono, ST., MT., ketua panitia Iduladha, saat ditemui di kampus 2 ITN Malang.
Untuk tahun ini panitia berhasil menggalang 10 hewan kurban. Yakni lima ekor sapi dan lima ekor kambing. Jumlah ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Hewan kurban berasal dari Yayasan P2PUTN Malang, institusi, patungan dari civitas akademika ITN Malang (untuk sapi), alumni, dan masyarakat sekitar kampus.
Menurut Agung, daging kurban akan didistribusikan kembali kepada keluarga besar ITN Malang, pensiunan ITN Malang, panti asuhan, dan masyarakat sekitar kampus. Dengan masing-masing berat sekitar 1,5 kg.
“Kegiatan rutin ini menjadi hal positif bagi ITN Malang. Terima kasih kepada seluruh panitia, para pengkurban, dan mahasiswa yang terlibat dalam penyembelihan, distribusi, dan lain sebagainya,” imbuh Agung yang juga Kaprodi PWK ITN Malang.
Baca juga: Mahasiswa Elektro Isi Ramadan dengan Berkunjung ke Panti Asuhan
Mengangkat tema Raih Kemenangan Iduladha dengan Berbagi Kebahagiaan dan Kepedulian Antar Sesama, penyembelihan hewan kurban melibatkan sekitar 65 mahasiswa. Terdiri dari anggota UKM Lembaga Dakwah Islamiyah (LDI), dan beberapa mahasiswa lainnya. Mereka bersama panitia bergotong royong memotong, membagi, mengemas, dan mendistribusikan daging kurban.
Penanggung jawab lapangan, Sudiro, ST, MT mengatakan, untuk memastikan hewan kurban sehat maka panitia selektif dalam memilih. Panitia juga melibatkan tim dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya untuk memastikan hewan layak dipotong, dan dikonsumsi.
“Kami memastikan kesehatan hewan kurban dengan melibatkan FKH UB. Mulai pemilihan awal saat kami beli, sampai sebelum disembelih. Setelah disembelih daging dan jeroannya di cek juga. Alhamdulillah secara keseluruhan hewan, dan daging kurban sehat,” jelas Sudiro.
Tim FKH UB yang terdiri dari empat orang mulai pagi sudah melakukan pengecekan terhadap hewan kurban sebelum disembelih (antemortem). Meliputi pemeriksaan perilaku dan pemeriksaan fisik. Dan juga pemeriksaan setelah hewan disembelih (postmortem). Seperti pemeriksaan kesehatan jeroan, dan karkas.
“Sebelum penyembelihan pemeriksaan antemortem. Untuk mengecek apakah hewan layak disembelih atau tidak. Bisa dilihat dari demam atau tidak, postur berdirinya, serta kulitnya. Saat ini ada virus yang bisa dilihat dari tampilan kulit. Insyaallah semua hewan secara umur memenuhi syarat dijadikan hewan kurban, dan aman,” kata Anindya salah satu tim FKH UB.
Baca juga: Menilik Esensi Ramadan dalam Membentuk Karakter Seorang Muslim
Untuk pemeriksaan postmortem setelah hewan disembelih Tim FKH mengecek jeroan pada bagian hepar (hati), dan bagian lainnya serta daging. Ditemukan pada salah satu hati kurang bagus karena diindikasi adanya cacing. Inilah pentingnya adanya tenaga kesehatan hewan pada proses penyembelihan hewan kurban untuk memastikan daging yang dikonsumsi sehat.
“Terlihat memang ada beberapa cacing di beberapa bagian (hati sapi). Sudah kami sortir. Sementara bagian yang tidak ada cacingnya bisa dikonsumsi. Tapi secara keseluruhan daging dari hewan yang telah dipotong aman,” imbuhnya.
Anindya juga menyarankan bagi masyarakat yang memperoleh daging kurban untuk memasaknya dengan tepat. Sebelum dimasak bisa dicuci di bawah air mengalir. Memisahkan daging dengan jeroan. Sementara bagi yang ingin menyimpan daging di dalam freezer tidak perlu mencucinya.
“Kalau ingin menyimpan di freezer tidak perlu dicuci. Tinggal dibungkus dengan rapat. Kalau ingin dimasak baru direbus sampai benar-benar matang,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)