itnmalangnews.id – Tugas seorang dosen tidak hanya mengajar dan penelitian, tetapi juga pengabdian masyarakat (abdimas). Dengan abdimas dosen diharapkan ikut serta mensejahterakan masyarakat . Melihat tantangan dan kendala yang dihadapi masyarakat, dosen ITN Malang berusaha menjawabnya melalui program abdimas IPTEKS Bagi Masyarakat (IbM) Kemenristek Dikti. Dr.Ir. M.H. Perwira Silalahi, MM., dan Aladin Eko Purkuncoro, ST.,MT., berupaya membantu pengembangan usaha pengrajin genteng tradisional di Desa Mangliawan, Pakis, Kabupaten Malang. “Kebetulan dari beberapa survei, di Mangliawan inilah perlu dilakukan abdimas IbM karena bapak pemilik usaha sangat membutuhkan sekali alat untuk memproduksi genteng,” terang Aladin pada itnmalangnews.id saat ditemui di Kampus I ITN Malang, Kamis (11/8).
Aladin Eko Purkuncoro menjelaskan, Pengrajin Genteng Tradisional “Super Mendit” layak mendapatkan pengabdian masyarakat, karena mereka masih menggunakan alat pencetak genteng manual, itu pun hanya memiliki satu alat. Cara kerjanya menggunakan penekan cetakan dengan tangan, sangat sederhana dan kurang efektif. Sehingga jika ada permintaan yang melebihi kapasitas produksi biasanya di sub-kan ke pengrajin sekitar karena kurangnya tenaga dan alat. Hal ini menyebabkan berkurangnya pendapatan karena distribusi pekerjaan yang lebih besar sehingga pemasukan berkurang.
Alat pencetak genteng yang dibuat oleh dosen institut yang berbasis teknologi ini memakai sistem centrik, menggunakan poros engkol dengan penggerak mesin diesel. Alat ini dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Produk yang dihasilkan juga lebih berkualitas, kepadatan semakin keras dan homogen serta lebih efisien dan efektif. ” Selama ini yang dihasilkan kerapatan genting tidak terukur, kurang bagus, dan gampang pecah kalau dibakar,” ungkap dosen teknik mesin ini.
Pengrajin genteng tradisional yang eksis sampai tiga gererasi ini biasanya hanya menghasilkan 50 genteng perjam. Dengan alat pencetak genteng sisten centrik hasil karya dosen ITN Malang diprediksi mampu memproduksi tiga kali lipat . Alat pencetak genteng sudah 70 persen jadi, berupa penggerak diesel sampai kontruksi dan tranmisi beserta mekanisme proses cerak genteng. Tinggal menunggu casing atau hupper mesin yang akan selesai setelah Monev (Monitoring dan Evaluasi) minggu depan. “Awalnya kami akan menggunakan alat pencetak dan penekan sistem hidrolis, berhubung dana yang diajukan tidak disetujui maka kami menggunakan centrik,” imbuhnya. (sar)