Tim Spectra Doa Daddy ITN Malang, Juara 2 Balsa Bridge Competition Nasional 2023 di Universitas Wijayakusuma (UNWIKU), Purwokerto. Kika: Yuda Arya Pangestu, Ray Bara, dan Agni Pembayun Habib Junaidi. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – Ajang kompetisi nasional di bidang ketekniksipilan kembali digelar. Ada sekitar 44 tim dari seluruh Indonesia yang ikut serta dalam lomba Balsa Bridge Competition, yang dihelat di Universitas Wijayakusuma (UNWIKU), Purwokerto, Jumat-Sabtu (9-10/06/2023). Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) lewat Spectra Teknik Sipil S-1 mengirimkan dua tim yang berlaga dalam dua bidang berbeda, yakni Balsa Bridge Competition (BBC), dan National Tender Competition (NTC).
Baca juga: www.itn.ac.id
Kompetisi bernama Discovery 3.0 ini merupakan lomba ketekniksipilan yang diadakan oleh Fakultas Teknik Sipil, UNWIKU, Purwokerto. Dari dua lomba yang diikuti, Tim Spectra Doa Daddy ITN Malang berhasil menyabet juara 2 pada Balsa Bridge Competition. Mereka adalah: Agni Pembayun Habib Junaidi, Ray Bara, dan Yuda Arya Pangestu. Sedangkan untuk National Tender Competition Tim Spectra Ambis harus puas menjadi juara harapan 1.
Kompetisi tender ini diawali dengan tahap penyisihan dimana setiap tim diminta untuk membuat prototype jembatan yang dikirim ke kampus UNWIKU, kemudian dilakukan pengujian jembatan. Tim Spectra Doa Daddy berhasil berada di nomor urutan ke empat dari lima finalis.
Baca juga: Tim Spectra Yudisium ITN Malang Juara 1 Civil Tender Competition CEEXO 2023
“Pada babak penyisihan kami mengirimkan prototype/maket jembatan dalam format 4D dan kami mendapatkan urutan keempat dari 44 peserta, jadi kami masuk final karena efisiensinya terbaik,“ ungkap Yuda, saat ditemui di Ruang Humas ITN Malang, Senin (12/6/2023).
Menurut Yuda pada final Spectra Doa Daddy diminta untuk membuat proposal yang berisi konsep, desain, dan analisis struktur jembatan. Tidak hanya pembuatan proposal, saat hari final peserta juga diminta membuat ulang maket jembatan dengan dua rangka, yaitu atas dan bawah. Pembuatan maket on the spot ini diawasi langsung oleh panitia. Setelah maket selesai dibuat baru kemudian dipresentasikan di depan juri.
“Pada saat final kami diminta membuat maket lagi tapi beda. Kami diminta membuat maket rangka atas untuk babak penyisihan, sedangkan untuk babak final itu rangka atas dan bawah. Dan nilai di nol kan, baru kemudian dinilai lagi berdasarkan proposal, analisis patah, nilai presentasi, dan nilai dari pembebanan,“ papar Yuda
Lebih lanjut ia mengatakan, perolehan nilai berdasarkan proposal, analisis patahnya sesuai dengan titik patah yang diprediksi, dan yang ketiga berdasarkan pembebanan. Point full jika jembatan bisa menahan beban 50 kg sementara Spectra Doa Daddy berada di angka 46.15 kg. Dari hasil akhir Spectra Doa Daddy berhasil meraih poin sebesar 906.63 dan berhasil menjadi juara 2 dari lima finalis.
Baca juga: Banyak Manfaat, Mahasiswa PWK Ikuti Pelatihan Drone
Berhasil menyabet juara 2 membuat semangat tim untuk bisa berkiprah lebih baik lagi semakin menggelora. Bahkan mereka berjanji untuk memberikan yang terbaik dari yang mereka bisa pada gelaran kompetisi-kompetisi berikutnya.
Ada hal trivial dalam kompetisi kali ini. Yakni seputar penyematan nama Tim Spectra Doa Daddy. Ketika ditanya alasan pemilihan nama tersebut, Doa Daddy dirasa unik. Jawaban yang diberikan cukup menggelitik. Hal ini diungkapkan oleh Agni Pembayun Habib Junaidi.
“Pada kompetisi sebelumnya kami menggunakan nama Doa Ibu tapi kami kalah. Ternyata doa ibu kurang manjur. Maka dari itu kami menggunakan nama Doa Daddy, dan ternyata menang,” kata Agni sambil tersenyum mengakhiri sesi wawancara. (Rini Anjarwati/Humas ITN Malang)