
itnmalangnews.id – “Sampai detik ini belum ada calon pemimpin yang serius membawa visi misi tentang lingkungan hidup.” Bunyi salah satu kalimat yang membekas dari kelas Filsafat Perjuangan Rakyat dan Gerakan Keadilan Iklim di Indonesia. Materi pembuka Youth Climate Camp (YCC) 2018 ini mengajak para peserta untuk lebih menaruh perhatian pada isu-isu lingkungan.
Penguasa sebagai pembuat kebijakan memiliki andil dalam merusak atau menjaga lingkungan. Berbicara mengenai lingkungan, di Jawa Timur terdapat desa adat yang sampai sekarang belum diakui secara administratif oleh negara. Negara menganggap desa Sendi masuk wilayah perhutani Mojokerto. Padahal di Sendi terdapat sejarah tertulis hingga ikatan keluarga yang masih hafal sampai tujuh keturunan di atas mereka. Sampai sekarang, WALHI mendampingi advokasi untuk hak warga adat Sendi.
“Kami belajar kalau ada banyak permainan penguasa soal energi di Indonesia. Saat kunjungan, kami praktik membaca potensi desa sampai penghitungan kekuatan air sungai. Kami juga diajarkan hukum adat mereka (Sendi) yang secara tidak langsung menjaga lingkungan hidup yang bisa kita terapkan di kehidupan,” tutur M. Fulkun Nada, salah satu peserta YCC 2018, dari Himpunan Mahasiswa Teknik Pecinta Alam (HIMAKPA), Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Baca juga: Profesor California di ITN Malang Jabarkan DC House, Alternatif Pasokan Listrik Pedesaan
Warga Sendi belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Mereka berswadaya untuk kebutuhan desa, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Pembangkit energi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan yang bersifat holistik, telah lama dikembangkan oleh masyarakat. Sistem sosial berbasis tradisi (indigenous value) bukan sesuatu yang ketinggalan zaman. Sistem ini patut ditiru daripada mengembangkan pembangkit energi yang merusak lingkungan serta menggusur ruang hidup rakyat. (ata)