itnmalangnews.id – Viralnya model bercocok tanam jenis hidroponik dipicu oleh kepraktisan dan manfaat terutama dari segi kesehatan. Ternyata, bertanam secara hidroponik tidak terlalu rumit. Berikut adalah tahapan-tahapannya ala Kampung Hidroponik Buring, Kedungkandang, Malang.
Ibu-ibu Rukun Ibu ITN Malang memotong rockwool. (Foto: Ata/itnnews)
Tahap pertama adalah penyemaian. Media yang digunakan berupa rockwool, teksturnya mirip dengan spons tetapi terbuat dari batu sehingga daya serapnya tinggi dan tetap mengandung unsur hara. Potong rockwool sekitar 2,5 cm, celupkan dalam air, tiriskan sedikit, lalu masukkan biji sedalam sekitar 1 cm. Untuk tanaman sayur jenis daun seperti sawi, biji yang dimasukkan dalam rockwool sebanyak dua butir. Sementara itu, untuk tanaman sayur jenis batang seperti bayam dan kangkung menggunakan lima butir.
Selanjutnya, tata rockwool dalam wadah dan tutup dengan plastik hitam atau diletakkan di kolong tempat tidur. Pada hari kedua jangan lupa buka plastik hitam atau keluarkan dari kolong tempat tidur. “Tujuannya biar cepat tumbuh. Sifat tanaman kan terus mencari cahaya. Jangan sampai terlambat membuka plastik hitam, kalau terlambat bisa-bisa tanaman hasil semaian kurus, tinggi, langsing, dan agak pucat,” pesan Kristanto, owner Kampung Hidroponik Buring, di hadapan anggota Rukun Ibu Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Sabtu(03/08).
Hal yang harus disiapkan berikutnya adalah satu liter air bercampur satu tutup botol pupuk A dan satu tutup botol pupuk B. Urutan penuangan pupuk boleh dibalik tetapi tidak boleh secara bersamaan. “Tuang satu, aduk, baru satunya. Kalau bersamaan nanti bisa-bisa menggumpal atau mengkristal,” tambah Kristanto lagi.
Campuran tersebut disemprotkan pada tanaman setiap pagi. Setelah itu tanaman dijemur di bawah sinar matahari sampai tengah hari. Apabila memiliki kesibukan yang tidak memungkinkan untuk menepikan tanaman saat dhuhur, dapat disiasati dengan menjemur sepanjang hari di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tanaman dapat dipindah ke tahap berikutnya jika daun sudah tumbuh empat, yakni kisaran 10—14 hari.
Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam wadah yang diletakkan di atas bak berisi air. Sistem hidroponik yang diajarkan menggunakan volume air setengah bak. Kelebihannya yaitu tidak perlu menggunakan pompa dan penyebaran nutrisi akan merata. Namun, kelemahannya adalah kekurangan oksigen sehingga tiap pagi airnya harus digoyang-goyang agar mendapat suplai oksigen dan nutrisi tidak mengendap.
Dikarenakan volume air hanya setengah bak, dapat digunakan alat bantu berupa kain flannel yang dipotong selebar 2,5 cm. Air akan terserap naik secukupnya. Metode ini dapat membantu tanaman agar akar tidak mudah busuk.
Jangan lupa mengecek air setiap minggu. Tambahkan air sesuai kebutuhan alias jumlah air yang berkurang. Tambahkan pula nutrisi berupa pupuk A dan B secara penuh dengan takaran yang sama. Hal ini terus dilakukan sampai masa panen sekitar 35 hari dihitung dari tahap awal. Cara panen dapat dipotong dan dapat dicabut. Namun, rockwool hanya bisa digunakan satu kali panen.
Baca juga: Ketua Rukun Ibu: Perempuan Indonesia Harus Optimis, Pantang Menyerah, dan Mandiri
Baca juga: Seru! Super Arisan Superindo Rukun Ibu ITN Malang
Kristanto lantas menjelaskan tentang kebutuhan tanaman hidroponik yang sama seperti tanaman lain. Nutrisi, sinar, dan oksigen adalah hal-hal yang tidak boleh luput dari perhatian. “Kalau tanaman gosong berarti kelebihan nutrisi. Kalau kurus dan pucat berarti kekurangan sinar matahari. Jangan lupa memperbarui suplai oksigen tiap hari,” tukas Kristanto pada Rukun Ibu Institut Teknologi Nasional Malang. (ata)
Link : www.itn.ac.id