Peserta yudisium FTSP foto bersama dekanat, kaprodi, dan sekprodi di lingkungan FTSP ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Yudisium menjadi penanda penentu nilai dan kelulusan mahasiswa sebagai sarjana. Acara ini sangat dinanti oleh mahasiswa usai menyelesaikan sidang skripsi. Rasa syukur dan kegembiraan bisa melewati sidang skripsi dan melaksanakan yudisium inilah yang dirasakan oleh 164 mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Mereka mengikuti yudisium di Aula Kampus 1 ITN Malang pada Senin (26/02/2023).
Mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, mahasiswa peserta yudisium FTSP terlihat sangat rupawan dan cantik. Mereka berasal dari lima prodi, yakni teknik sipil 67 mahasiswa, arsitektur 22 mahasiswa, perencanaan wilayah dan kota (PWK) 38 mahasiswa, teknik geodesi 27 mahasiswa, dan teknik lingkungan 10 mahasiswa. Untuk yudisium kali ini IPK terbaik 3,70 diraih oleh Clarinta Ega Divanie, dari prodi PWK dengan masa studi 3,5 tahun.
Dekan FTSP ITN Malang, Dr. Debby Budi Susanti, ST, MT., menyatakan, perjuangan mahasiswa mulai masuk hingga titik ini tidaklah mudah. Namun, semua berjalan alami. Mulai masuk kuliah bersemangat, dalam proses perjalannya ditengah-tengah ada yang mulai kendor. Apalagi saat memasuki semester akhir menghadapi sidang tentunya banyak tantangan.
“Yang pasti hari ini kalian di sini. Semua ini adalah hasil dari kerja keras, kerja cerdas, dan kerja smart kita semua bersama mahasiswa, dosen, kaprodi, sekprodi, tenaga kependidikan, admin, laboran dan seterusnya. Selamat buat kalian, buat kita semua,” ujar Debby. Usai prosesi yudisium fakultas, mahasiswa juga akan mengikuti yudisium di prodi masing-masing.
Dikatakan Debby, setelah diwisuda nantinya lulusan diharapkan tetap ingat terhadap almamater. Sampai kapanpun lulusan tetaplah masih keluarga besar ITN Malang. Ia berharap lulusan saat kembali pada masyarakat/keluarga tetap menjaga nama baik almamater.
“Jangan terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Setiap orang punya proses sendiri-sendiri. Kalian saat ini sudah menjadi keluarga Ikatan Alumni ITN Malang,” katanya.
Pada kesempatan ini juga diumumkan, bertepatan dengan bulan Ramadan maka yang sebelumnya sesuai kalender akademik wisuda ke 71 periode I tahun 2024 akan digelar pada bulan Maret, maka diundur di akhir bulan April 2024.
“Sebentar lagi kan Ramadan, jadi wisuda akan dilakukan usai lebaran. Maka setelah yudisium, dan menyelesaikan berbagai tanggungan kalian bisa pulang dulu melaksanakan Ramadan di rumah. Sekali lagi selamat untuk kalian yang telah berhasil sampai tahap ini. Semoga kedepannya makin sukses,” harapnya.
Prosesi yudisium mengenakan pakaian adat sudah menjadi tradisi FTSP ITN Malang selama dua tahun terakhir. Untuk menyemarakkan suasana, maka dipilihlah dua peserta yudisium dengan pakaian adat terbaik. Sebagai pemenangnya adalah Candra Dwi Anugrah dari prodi arsitektur dengan pakaian adat Papua, dan Jasmine Fadilla dari prodi teknik sipil dengan pakaian adat Dayak Kalimantan Timur.
“Saya asalnya dari Kalimantan, tapi saya memakai pakaian adat Papua. Soalnya aksesorisnya unik mulai mahkota hingga kaki. Dan untuk cat wajahnya saya memakai cat akrilik bekas maket. Kemarin mencoba pakai bedak tapi luntur,” jelas Candra dengan bangganya memperlihatkan Tifa yang ia bawa. Tifa merupakan alat musik khas Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua.
Baca juga: Masuki Dunia Perkuliahan, ITN Malang Bekali Maba dengan Penguatan Ketahanan Mental
Sementara itu, Clarinta Ega Divanie saat ditemui usai yudisium fakultas menyatakan rasa syukur dan bangganya menjadi peraih nilai IPK terbaik tidak hanya jurusan namun juga tingkat fakultas. Mahasiswa asal Kota Bekasi, Jawa Barat ini merupakan jebolan 16 besar The Voice Indonesia 2018. Atas latar belakang inilah dara yang kerap disapa Arin ini sering menyanyi di berbagai acara. Mulai dari hajatan pernikahan, event/konser musik, undangan acara seremonial, dan lain sebagainya.
Maka saat diumumkan sebagai peserta yudisium terbaik ia tidak menyangka, namun rasa haru atas capaian prestasi terpancar dari sorot matanya. Menurutnya proses perkuliahan yang ia jalani tidak mudah. Apalagi ia harus membagi waktu antara kuliah dan menyanyi sebagai hobi sekaligus pekerjaannya.
“Waktur jelas tersita. Saat teman-teman punya waktu longgar mengerjakan tugas, saya tidak. Makanya harus rela disaat lainnya tidur saya begadang mengerjakan tugas. Saya tetap memprioritaskan kuliah, kalau bermusik bisa menyesuaikan,” jelasnya.
Arin yang mempunyai komitmen terhadap kuliah ini pun tidak menyangka bisa lulus 3,5 tahun. “Tuhan telah memberi bonus atas komitmen saya. Pastinya kunci kesuksesan saya dengan membuat target, tidak gampang menyerah, dan harus selalu mood (suasana hari yang baik),” ungkapnya yang juga sesekali mendapat undangan menyanyi di luar daerah ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)