Kaprodi Teknik Kimia S-1 ITN Malang, Mohammad Istnaeny Hudha, ST., MT., menyerahkan piala kejuaraan kepada salah satu tim LKTI. Ia berharap, peserta LKTI bisa berkontribusi dengan karya tulis ilmiah terkait dengan energi baru terbarukan. (Foto: Istimewa)
itnmalangnews.id – “Pemanfaatan Energi Terbarukan dengan Green Technology Era Revolusi Industri 4.0” menjadi tema menarik dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Quality Innovation Riset (QIR) 2022, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia S-1, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Baca juga: www.itn.ac.id
LKTI tingkat regional Jawa Timur ini diikuti 23 tim dari SMK/SMA/MA sederajat. Sementara yang lolos ke tahap final ada lima tim. Mereka memberikan presentasi hasil karya tulis di hadapan dewan juri secara luring, di Ruang Amphi Lt 2, Gedung Teknik Mesin, Kampus 2 ITN Malang, Sabtu (14/5/2022) lalu.
Kaprodi Teknik Kimia S-1 ITN Malang, Mohammad Istnaeny Hudha, ST., MT., berharap, para siswa SMK/SMA sederajat yang mengikuti lomba bisa berkontribusi menghasilkan karya tulis terkait dengan memanfaatkan energi berbasis zero waste, dan beberapa sub tema pilihan.
“Kami ingin melatih para siswa berkontribusi pada lingkungan dengan mengikuti karya tulis ilmiah. Di sekitar kita banyak sekali limbah yang bisa dimanfaatkan. Sehingga kedepannya sudah tidak ada lagi limbah yang terbuang,” ujar Istnaeny.
Baca juga: Sharing Keilmuan, SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen Kunjungi Teknik Kimia ITN Malang
Bahkan, beberapa tahun terakhir Prodi Teknik Kimia ITN Malang telah mendorong para dosen untuk melakukan peneliti kearah energi baru terbarukan (EBT). Ini mengingat 10 sampai 20 tahun ke depan energi fosil di Indonesia akan semakin menipis, dan habis.
“Sehingga kami harus mempersiapkan itu (kondisi keterbatasan energi fosil) dengan inovasi. Minimal dari sisi karya tulis ilmiah adik-adik pelajar bisa memberikan gambaran beberapa tahun ke depan seperti apa pemanfaatan energi kita,” lanjutnya.
Tema LKTI yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia juga sejalan dengan upaya ITN Malang sebagai kampus green technology. Apalagi ITN Malang juga sedang mengembangkan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi EBT.
Miraekel January Ekfar Princessa, ketua pelaksana LKTI mengatakan, pemerintah saat ini sedang melakukan transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT). Presiden Joko Widodo secara langsung mengatakan bahwa transisi energi menjadi pekerjaan rumah bersama bagi Indonesia, dan juga seluruh negara G20, serta komunitas global.
“ITN Malang kan juga kampusnya green technology. Maka kami angkat tema tersebut. Harapannya semua siswa yang berpartisipasi (LKTI) dapat menuangkan ide-idenya dalam karya tulis ilmiah. Serta dapat menambah ilmu bagi peserta, dan panitia,” kata Miraekel saat ditemui di sela-sela kegiatan.
Baca juga: Tujuh Inovasi Antarkan Tim Spectra Doa Dosen Menangkan National Tender Competition di Bali
Peserta yang mengikuti tahap final bergantian memberikan presentasi secara tertutup kepada dewan juri dalam bentuk PPT (PowerPoint Presentation). Mereka diberi waktu 10-15 menit untuk presentasi, dan 20 menit untuk sesi tanya jawab.
Ada lima sub tema yang bisa dipilih, yaitu green technology, renewable energy, sustainable green city, water treatment, dan zero waste.
Seperti halnya tim Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Frateran, Surabaya. Mereka mengangkat pengembangan green city Meikarta, Surabaya, Jawa Timur. Dalam pembangunannya Meikarta sudah melaksanakan lima dari delapan kriteria green city. Antara lain, green planning and green design, green open space (baru 20 persen) untuk publik, green waste, dan green transportation.
Saat ini Meikarta masih dalam pembangunan. Strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh Meikarta sebagai sustainable green city adalah green building, green energy, dan green community. Dalam konsep green building bisa menerapkan sky garden atau penggunaan lahan sisa, pemanfaatan panel surya, serta menampung air hujan untuk menghemat air. Panasnya suhu Kota Surabaya juga menjadi potensi luar biasa untuk bisa dimanfaatkan pemasangan panel surya.
“Green building juga bisa menggunakan kaca sehingga memanfaatkan energi alami matahari untuk menghemat listrik. Serta, menanam pohon di atas gedung, untuk mengurangi dampak polusi,” papar salah satu peserta dari SMAK Frateran.
Dari segi konstruksi Meikarta menggunakan konsep gedung pencakar langit, dan gedung modern. Konsep ini mencontoh Singapura yang menggunakan sedikit beton dan mengganti dengan kaca untuk memanfaatkan cahaya.
“Karena kaca panas, maka bisa menambahkan banyak tanaman untuk memberikan efek sejuk. Dengan cara tanam vertikultur (bertingkat). Sehingga bisa menghalau panas. Di siang hari juga tidak memerlukan lampu, sehingga menghemat listrik,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)