
itnmalangnews.id – Secara sederhana, konservasi adalah upaya pelestarian suatu lingkungan atau bangunan. Konservasi biasa dilakukan pada hal yang berdampak besar pada banyak orang atau memiliki nilai tertentu. Sumber mata air, tanaman endemik, binatang yang populasinya semakin habis, dan bangunan bersejarah adalah contoh-contoh objek konservasi.
Prof. Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT. (Foto: itnmalang_news)
Baca juga: www.itn.ac.id
Jika membahas mengenai bangunan, tentu tidak akan lepas dari bidang arsitektur meski dalam eksekusinya akan berkolaborasi dengan bidang-bidang lain. Hal yang sama berlaku untuk bangunan bersejarah. Arsitek memiliki peran besar dalam upaya konservasi. Mahasiswa Arsitektur yang berpotensi menjadi arsitek di masa mendatang diharapkan mulai mengerti betapa krusial konservasi bangunan bersejarah.
Peran arsitek dalam konservasi terbagi menjadi dua, yakni di lingkup internal dan eksternal. Lingkup internal bertendensi pada prinsip serta gerakan seorang arsitek. Arsitek wajib meningkatkan kesadaran agar lebih mencintai dan mau ikut memelihara warisan budaya. Untuk itu, mereka bisa meneliti dan mendokumentasikan kawasan bangunan yang dirasa perlu dilestarikan. Bagi yang ingin berkecimpung lebih jauh dapat mendalami serta meningkatkan penguasaan teknis terkait pemugaran kawasan, khususnya teknik adaptive reuse.
Di lingkup eksternal, arsitek dapat bersinergi dengan pihak yang memiliki kuasa untuk kawasan bangunan tersebut, seperti pemerintah daerah. Arsitek bisa memberi pemerintah saran tentang kawasan bangunan yang butuh dilestarikan, bahkan bila perlu membantu menentukan nilai atau fungsi seputar hal itu. Arsitek pun bisa membantu pemerintah daerah menyusun Rencana Tata Ruang untuk pengembangan kawasan yang dilindungi. Apabila proyek pemugaran sukses, keyakinan para pengembang akan tumbuh supaya tetap mempertahankan identitas tetapi bisa memperoleh keuntungan.
Hal tersebut tertuang dalam Monograf Potensi Kampung Heritage Kayutangan. Tiga dosen ahli Institut Teknologi Nasional Malang yang menyusun buku tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT (sekarang sudah menjadi Guru Besar Ilmu Arsitektur), Ir. Budi Fathony, MTA (dosen Arsitektur), Ir. Ester Priskasari, MT (dosen Teknik Sipil). Monograf merupakan salah satu luaran yang dianjurkan Rektor ITN Malang supaya ilmu dan pengalaman dosen ketika turun ke lapangan dapat bermanfaat untuk sivitas akademika lain. (ata)