ANAK BENCANA
Di antara serakan daun-daun sampah.
Anak-anak bencana menangis di layar kaca.
Terjebak dalam lebam luka.
Bersimbah darah duka nestapa.
Gemetar dalam antrian panjang bencana.
Orang tuanya dijemput gelombang.
Tersembunyi timbunan reruntuhan gempa.
Larut hilang dalam banjir bandang.
Menjadi arang abu dalam kobaran api.
Anak-anak bencana dalam rekaman kusam.
Hilang saat televisi dimatikan.
Tinggal tangan-tangan yang menggapai.
Yang teringat bagai hantu dalam mimpi.
Yogyakarta 2014
PENYAIR MUDA
Membelah ramai kota,
Di antara kesibukan manusia menata usaha
Penyair muda menyusuri kaki lima
Membuka lembaran buku tua,
Di toko buku sederhana.
Membeli sesuatu yang murah saja
Ia tak mengharap serba ada
Sebab hidup adalah karya.
Yogyakarta 2014
MIMPI PEMANCING
Angin sendiri menepi di tepi sepi.
Ombak dibawa gelombang ke pasir pesisir.
Redup bulan di langit sunyi.
Berkawan kelip bintang tanpa ceria.
Aku hanya jasad yang berharap pada laut.
Tentang sedikit nasi dan pengisi perut.
Pada jaring dan pancing.
Yang memberi mimpi dan iming-iming.
Agar hidup tak serasa habis manis sepah dibuang.
Yogyakarta 2014
- Penulis adalah mahasiswa Ilmu Perustakaan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta