Persimpangan
Aku masih di persimpangan
Menunggu Tuan yang akan datang
Seorang kekasih yang telah ditinggalkan sembarangan
Ditinggalkan meronta-ronta di jalan
Hingga ia hanya terdiam
Hilang suara parau tenggorokan,
Hanya tinggal nafas yang tersengal-sengal
Minta belas kasihan sang Tuan
Romansa hingga Tak Terbangun
Telah ku tanya ribuan kali
apakah kau cintai ini hati?
Lalu kau hanya menggeleng malu
katamu, “bukan sekarang jawabnya.”
Lalu aku masih tak kuasa ingin bertanya
katamu, “bersabarlah.”
Hingga malam tak kembali mendendangkan kidung romansa
di antara hening dalam kesendiriannya
Hingga aku terlelap tidur,
dan tak mampu dibangunkan kembali
Kekasih yang Menunggu
Ketika aku ingin ditali sebuah rindu
Namun kau tak memberikan itu
Aku hanya kelu
Apakah ini memang jawabmu
Untuk kekasihmu yang sudah lama terpaku
Menunggu jawaban untuk cinta yang rapuh
Resap
Terusik dalam hati risau bekelana menunggu kerlingan senyum di pusat kota
sambil mengulang suara parau yang hanya berusaha berkata,
“Aku sudah lama tak kau beri sepisau darah kebahagiaan, seperti yang telah kau beri pada wanita itu.”
Zahro Syaquilla Ar, Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang