itnmalangnews.id – PERMEN yang diciptakan oleh mahasiswa ITN Malang ini bukan semacam makanan, tetapi permen di sini merupakan singkatan dari Permanent Magnet Fan. Merupakan solusi kipas angin yang ramah lingkungan dan bebas energi listrik. “Dikatakan ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi gas buang dan aman karena tanpa listrik ataupun setrum,” ungkap Rahmawati salah satu anggota tim PKM, saat ditemui di Kampus I ITN Malang, Selasa (28/6).
Masih adanya distribusi listrik di Indonesia yang belum merata mendorong mahasiswa ITN Malang membuat sebuah teknologi tanpa menggunakan listrik. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) – Karsa Cipta alat ini terwujud dalam bentuk kipas angin tanpa listrik.
Menurut Aga Dia Priasmoro, ketua tim yang juga mahasiswa teknik elektro kosentrasi energi listrik menjelaskan, bahwa ide awal alat ini akan dibuat generator,karena terlalu komplek maka dijadikanlah kipas angin tanpa listrik. Anggota tim dari PKM – PERMEN semua dari jurusan teknik elektro, hanya kosentrasinya yang berbeda, antara lain : Indah Jonathan Lomi (kosentrasi energi listrik), Rahmawati (kosentrasi elektronika), Aziz Nurdiansyah (kosentrasi energi listrik), Yoppi Kurnia Putra (kosentrasi energi listrik).
Pada awalnya desain kipas angin tanpa listrik dibuat dari bahan akrilik, dengan sifatnya yang padat, keras dan kuat. Namun berkali-kali ganti desain alat belum bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Selama empat bulan mereka melakukan penelitian di bawah bimbingan Prof.Dr.Eng.Ir. Abraham Lomi, MSEE.,MIEE. “Kami mengalami lima kali gagal dan lima kali ganti desain,” aku Aga Dia Priasmoro. Diujung kelelahan akhirnya alat bisa berputar. “Alat ini terlihat agak simple tapi perlu diperhatikan arah magnet, sudut tolakan perhitungannya lebih runut,” imbuhnya.
PERMEN (Permanent Magnet Fan), menggunakan tenaga dari magnet permanen. Dengan ketahanan medan magnet sampai lima tahun bila dihidupkan terus menerus tanpa henti. Magnet ini tahan terhadap hujan dan panas. “Percobaan ini sudah menghabiskan 100 magnet, pada hal kita hanya memakai 19 magnet saja,” ungkap Yoppi Kurnia Putra, salah satu anggota tim.
Terbatasnya jurnal yang membahas alat sejenis tidak menyurutkan langkah mereka. Dana 7,5 juta dari hibah PKM mereka manfaatkan dengan baik. Permanent Magnet Fan kedepannya bisa dikembangkan untuk menggerakkan generator pembangkit listrik. ”Di negara Turki sudah memakai alat seperti ini untuk menggerakkan kipas angin,” tutur Rahmawati. (sar)