
itnmalangnews.id – Dari 541 mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang diwisuda pada akhir September 2019 kemarin, terdapat satu wisudawan berkebutuhan khusus. Ia bernama Muhamad Ightana Hakim Ilmi dari Program Studi Teknik Informatika S-1. Meski Ightan merupakan mahasiswa tuna rungu, ia mampu menyelesaikan masa studi tepat empat tahun alias delapan semester.
Muhamad Ightana Hakim Ilmi mahasiswa Program Studi Teknik Informatika S-1, saat mempresentasikan hasil skripsinya kepada awak media. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
Memiliki keistimewaan yang lain dibanding teman-temannya sempat membuat Ightan minder. Namun, kebaikan yang ia terima dari lingkungan membuat ia bisa percaya diri. Ightan bergaul dengan teman-temannya seperti orang normal. Ia pun memilih tinggal di kos daripada di rumah yang dimiliki orang tuanya.
“Dulu saya sempat minder karena bingung memahami perkataan orang lain, tapi saya selalu bertanya pada teman. Saat semester tujuh, saya semakin lancar berkomunikasi karena menginstal aplikasi transkripsi instan. Sebelumnya saya hanya mencerna informasi dari gerak bibir dan bahasa isyarat,” cerita Ightan.
Ightan lantas meneruskan ceritanya sampai penyelesaian skripsi. Pegiat Komunitas Tuli Trenggalek ini membuat aplikasi Penerbitan Akta Cerai untuk Pengadilan Agama Lumajang. “Penerbitan akta cerai di PA Lumajang masih berdiri sendiri secara manual dan belum tersambung dengan aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP). Aplikasi yang saya buat bisa membantu menyambungkan dengan SIPP agar terlaksana pelayanan terpadu satu pintu. Aplikasi ini juga berfungsi untuk menghindari kesalahan pencatatan dan penerbitan akta,” jelas mahasiswa yang terkena malaria tropika saat berusia setahun tersebut.
Baca juga: Mahasiswa ITN Malang Permudah Mengenal Senjata Tradisional Lewat Aplikasi Berbasis Augmented Reality
Baca juga: Mahasiswa ITN Malang Buat Alat Pencetak Mie Otomatis untuk UKM
Selama berkuliah di ITN Malang, ia mengaku merasa nyaman. Terlebih lagi, dosen, teman kuliah, serta teman kos selalu membimbingnya. “Ketika saya merasa kesulitan, saya akan terus terang bertanya. Saya tidak malu dengan kondisi saya. Bimbingan dari dosen dan teman-teman membuat saya nyaman kuliah di sini,” ungkapnya.
Ke depan, ia memiliki keinginan untuk bekerja baik di bidang swasta ataupun pegawai negeri. Ia pun berkeinginan untuk membantu teman-teman yang senasib. Harapannya, mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan hidup layak seperti orang normal. (ata)