
itnmalangnews.id – Prof.Dr.Ir. Soeprapto, DEA, Ketua Lembaga Layanan DIKTI (LLDIKTI) Wilayah 7 Jawa Timur menanggapi kebijakan impor tenaga pengajar internasional yang mulai dilakukan di Indonesia. Menurut Soeprapto, potensi dalam negeri perlu lebih dimaksimalkan agar tidak perlu impor pengajar dari luar negeri.
Prof.Dr.Ir. Soeprapto, DEA, Ketua Lembaga Layanan DIKTI (LLDIKTI) Wilayah 7 Jawa Timur. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Baca juga: www.itn.ac.id
“Sudah mulai masuk, ada pimpinan Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Barat yang diimpor dari Korea. Kalau saya lihat di dalam negeri banyak yang kompeten dan perlu diberi kesempatan. Di sisi lain kita juga harus meningkatkan kompetensi itu,” komentar Soeprapto usai hadir di pengukuhan guru besar di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Sabtu (18/01/2020).
Soeprapto lantas membahas kondisi perguruan tinggi di Jawa Timur. Ia pun menargetkan penambahan jumlah dosen yang menjadi profesor setiap tahun. “Kalau di Jawa Timur, pakar bidang ilmu sudah merata. Dalam tiga tahun ke depan kami ingin ada 20 dosen yang berhasil menjadi profesor setiap tahun, kemarin (2019) baru sekitar 13 orang,” ungkapnya.
Dengan kualitas saat ini, Ketua LLDIKTI ini mengaku optimis target akan tercapai. Meski begitu ia berpesan agar para dosen perlu meningkatkan kualitas dan profesionalitas. “Kita harus optimis, di negara kita banyak Sumber Daya Manusia berkualitas yang bisa lebih cemerlang lagi, termasuk di ITN Malang ini. Setahu saya untuk tahun 2020 di Jawa Timur ada cukup banyak dosen yang antre untuk diberi surat keterangan menjadi guru besar,” beber ia.
Selaras dengan perkataan Soeprapto, Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng, Ph.D, memaparkan pentingnya partisipasi perguruan tinggi dalam menyiapkan SDM unggul. Topik tersebut ia bahas saat mengisi orasi ilmiah di ITN Malang. “Kita semua harus punya landasan ilmu, baik secara ontologi (hakikat), epistemologi (pengetahuan), dan aksiologi (nilai). Jangan cuma sepotong-sepotong,” pesan Sudaryono mengulik filsafat ilmu.
Sebab, ilmu memiliki kekuatan besar untuk mengubah negara. Perguruan tinggi harus menyiapkan lulusan-lulusan yang kompeten agar bisa berkiprah di masyarakat setelah lulus. “Negara akan unggul jika menjadikan knowledge sebagai pemandu. Knowledge yang ditopang dengan politik dan ekonomi adalah power structure yang mampu mengubah dunia,” pungkasnya. (ata)