Tim Tri Dirandra, Teknik Sipil ITN Malang, bersama tim support di KJI 2023. (Foto: Spectra ITN Malang)
itnmalangnews.id – Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) XVIII (18) 2023 usai digelar, maka Tim KJI Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) selesai melaksanakan misinya. Turun dalam Kategori Jembatan Model Pelengkung, Tim Tri Dirandra Teknik Sipil S-1 ITN Malang masuk final bersama 9 kontestan dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. KJI 2023 dilaksanakan selama 4 hari, dan closing ceremony sukses digelar pada Kamis malam (19/10/2023) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Tim KJI ITN Malang merupakan pendatang baru pada Kontes KJI 2023. Pasalnya tim besutan Spectra ITN Malang ini baru kali pertama ikut KJI namun bisa lolos hingga final. Ini merupakan capaian yang luar biasa dari mahasiswa teknik sipil di tengah keterbatasan pengalaman.
Baca juga: Doa Daddy Membawa Berkah, Tim Spectra ITN Malang Juara 2 Balsa Bridge Competition Nasional
KJI 2023 telah berhasil mengakomodir talenta muda Indonesia untuk berkontribusi dalam pembangunan jembatan di masa depan. Tujuannya sendiri adalah mendorong dan menumbuhkan kreatifitas dan talenta mahasiswa dalam bidang perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi, dan aspek perawatan jalan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta, Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Tim Tri Dirandra ITN Malang digawangi oleh Legat Bestari (2121050), Audy Yitzack Adriansyah (2121070), dan Grivandi Umbu Mandja Patimara (2121095). Pada KJI 2023 mereka didukung oleh 12 mahasiswa sebagai tim support, dengan dosen pembimbing Hadi Surya Wibawanto, ST., MT.
“KJI kemarin Spectra ITN Malang mendaftar 2 tim pada kategori jembatan pelengkung, dan jembatan rangka. Namun yang lolos masuk final baru kategori jembatan pelengkung,” ujar Legat Bestari Ketua Tim Tri Dirandra saat ditemui bersama rekan setimnya di Ruang Humas ITN Malang akhir Oktober 2023 lalu.
Kompetisi prestisius bagi mahasiswa teknik sipil ini meloloskan 10 tim pada final jembatan pelengkung. Selain ITN Malang juga ada tim dari ITB, UGM, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Udayana, dan UMM.
“Kami bersaing dengan total 76 tim pada kategori jembatan pelengkung. ITN Malang menjadi perguruan tinggi swasta pendatang baru, setelah UMM yang terlebih dahulu lolos KJI,” imbuhnya.
Menurut Legat pada jembatan pelengkung yang dinilai adalah desain, dan kekokohan jembatan. Mereka merencanakan jembatan sesuai dengan lendutan optimum. Ini menyesuaikan tema KJI 2023 “Rancang Bangun Jembatan Yang Optimum Karya Talenta Muda Mendunia”.
“Untuk fabrikasi jembatan dibuat di kampus. Saat final tinggal perakitan, kemudian diuji lendutan jembatan dengan pembebanan,” katanya.
Grivandi Umbu Mandja Patimara yang akrab disapa Vandi mengatakan, jembatan pelengkung terkenal lebih rumit dari pada jembatan jenis rangka. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim. Untuk itu mereka giat mencari informasi dari video dan media sosial tentang final KJI.
Tim Tri Dirandra membawa Jembatan Barong Estungkara dengan panjang 4m, lebar 60cm, dan tinggi 70cm. Saat kompetisi di hari kedua tim mengikuti presentasi, dan Jembatan Barong Estungkara dilakukan pengukuran dan penimbangan. Baru di hari ketiga di acara puncak KJI 2023 jembatan dilakukan perakitan dan uji pembebanan.
Baca juga: Inovasi Campuran Aspal Spectra Bawa Pulang Dua Juara
Menurut Vandi proses pengujiannya diberikan plat 300kg untuk pembebanan. Jembatan Barong Estungkara pada sesi ini gagal saat praktek pembebanan. Jembatan hanya mampu menahan beban 130 kg dengan lendutan 13mm. Padahal dari panitia lendutan optimum 4mm.
“Kami kan sudah melalui final. Evaluasi KJI tahun ini bisa menjadi pengalaman untuk kedepannya,” kata Vandi.
Hal senada juga disampaikan oleh Hadi Surya Wibawanto, ST., MT., dosen pembimbing Spectra ITN Malang. Menurutnya secara keseluruhan penampilan secara teknis Tim Tri Dirandra sudah sesuai harapan. Namun masih terjadi kesalahan-kesalahan pada non teknis. Pasalnya tim baru kali pertama mengikuti KJI.
“Alhamdulillah kami bisa lolos sampai final. Baru pertama masuk KJI mungkin mahasiswa sempat grogi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi akan menjadi evaluasi perbaikan kedepan,” katanya.
Hadi berharap masuknya ITN Malang ke final KJI bisa membawa dampak baik bagi institusi khususnya Teknik Sipil ITN Malang. “Sebagai pendatang baru di KJI, ITN Malang cukup mendapat perhatian dari kontestan lainnya. Apalagi ITN Malang salah satu perguruan tinggi swasta ke 2 setelah UMM yang lolos KJI sampai final,” tegasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)