ITN MALANG NEWS – Riuh tepuk tangan dan sorak-sorai menggelegar di aula Hotal Gadjah Mada Kota Malang pada selasa Malang (21/4) lalu. Beberapa audiensi bertepuk tangan sambil berdiri memberikan dukungan sepenuhnya. Tak kalah serunya, dewan juri pun turut bertepuk tangan memberikan penghormatan dan pujian. Itulah suasan grand final duta kesehatan Kota Malang yang tidak bisa dilupakan oleh Onisda Rut Damayani Ziliwu. Onis, sapaan akrabnya Onisda Rut Damayani Ziliwu, menjadi juara tiga dalam ajang akbar se-Kota Malang itu. Dan sekaligus menjadi satu-satunya wakil mahasiwi ITN yang lolos di ajang bergengsi itu.
Dara kelahiran Sampit 1995 Kalimantan Tengah itu tidak pernah menyangka dirinya akan terpilih masuk tiga besar dalam acara itu. Pasalnya, jurusan kuliah yang diambilnya bukan kesehatan, dia menempuh jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Selan itu, dia hanya mencoba-coba daftar di ajang tersebut. “Suatu waktu ada temanku yang kerja di apotek nawari ikut duta kesehatan, awalnya aku tidak mau. Tapi tak pikir-pikir nanti sertifikatnya bisa dibuat cari beasiswa,” kenangnya saat di wawancarai itnmalangnews.id Senin (28/4).
Saat mendaftar, mahasiswi ITN semester empat itu tidak sendirian. Dia bersama dua orang teman lainnya yang satu jurusan sekaligus satu kelas. Mereka adalah Pendix Annisa Virgin dan Andre Nurrohman. Dua hari setelah daftar, Onis bersama temannya menjalani tes akademis. Dalam tes itu dia menjawab sebanyak 20 soal, 15 soal tentang Narkoba dan HIV (Human immunodeficiency virus) dan lima soal lainnya tentang BPJS (Badan Pelaksana Jaminan Sosial) dan motivasi diri. Dia dapat menjawab soal itu dengan tenang dan tepat, karena meski jurusannya bukan kesehatan, tetapi saat dia duduk di bangku SMA dia ngambil jurusan IPA. Di situlah dia kembali mengingat pelajaran masa lalunya tersebut.
Lima hari kemudian, dia dinyatakan lolos, sementara dua orang temannya kurang beruntung. “Dalam tes itu, aku bersaing dengan 270 peserta lainnya, dan hanya diambil 60 peserta. Dan ternyata aku lolos,” ujarnya tersenyum. Setelah itu dia melalui sesi tes wawancara dengan beberapa panitia dan dengan Kepala Dinas Kota Malang langsung. Saat itu, mahasiswi ITN yang memiliki hobi nyanyi itu di tanya soal motivasi ikut duta kesehatan. Menurutnya dia ingin berkiprah dalam hal kesehatan bagi masyarakat. Setelah wawancara ternyata pengumuman langsung oleh panitia melalui pesan singkat (SMS) ke peserta yang lolos. Onis mendapat SMS lolos itu, tetapi dia tidak langsung percaya, bahkan sempat menelepon balik panitia untuk memastikan SMS itu bukan abal-abal. “Dari awal memang aku nggak yakin lolos, karena lawannya pinter-pinter, ada yang kuliah kedokteran, akbid, dan akper. Sementara aku bukan,” tambahnya.
Setelah dia yakin bahwa dirinya lolos, alumni SMAN I Sampit tersebut tidak tinggal diam. Dia terus menambah kemampuan dengan membuka banyak materi soal kesehatan untuk kembali dibaca. Beberapa buku kesehatan yang berkaitan dengan Narkoba dan HIV dia khatamkan. “Selain itu aku juga browsing terus untuk menambah informasi kesehatan,” pangkasnya. Sementara untuk kepribadian dia banyak belajar di sesi karantina dari tanggal 16-20 April. Pada sesi ini, dia tidak hanya harus belajar soal kesehatan, tetapi juga belajar soal kepribadian, beauty class, public speaking, dan modelling. Mahasiswi ITN ini menyadari bahwa dirinya tidak punya pengalaman modelling. Sempat belajar model tetapi sebentar dan sudah dilupakan. “Untung pada saat catwalk aku tidak jatuh,” imbuh anak pertama dari tiga bersaudara tersebut.
Sesi karantina ini memang sesi yang terberat buat dia, karena selain tambahan materi di dalam ruangan. Dia juga harus keluar ke lapangan untuk menyelenggarakan beberapa event yang sudah diatur oleh panitia sebelumnya. Beberapa event yang dilakukan diantaranya Fashion on the Street bertema kesehatan di Hotel Gadjah mada, kampanye sosialisasi kesehatan di Lapangan Rampal, beberapa kegiatan lainnya di Matos.
Setelah proses karantina itu selesai, saatnya tampil di sesi grand final. Pada sesi inilah, anak pasangan Bazatulo Ziliwu (alm) dan Aplitawati, berhasil menunjukkan kemampuannya. Berkat usaha keras dan tekad yang kuat, akhirnya Onis, sapaan mahasiswi ITN ini berhasil melaju ke babak lima besar menyisihkan 25 peserta lainnya. Pada sesi pertanyaan dia berhasil menjawab kontribusi apa yang bisa diberikan Onis sebagai mahasiswa yang bukan jurusan kesehatan terhadap dunia kesehatan.
Menurut dia, justru saat ini yang terjadi adalah perencanaan pembangunan yang tidak tepat sehingga lahir pemukiman yang kumuh. Pemukiman yang kumuh adalah pangkal dari timbulnya masalah kesehatan. Sehingga melalui jurusan perencanaan wilayah dan kota, dia bertekad membangun kota dengan perencanaan yang tepat. “Di Kota Malang banyak permukiman yang hidup di kota agak ke dalam, misal di kawasan Muharto sangat itu, itu perlu diperbaiki pembangunannya,” terang dia. Jawaban ini membuat dia mendapat tepuk tangan yang riuh dari penonton dan dewan juri. Dan akhirnya pada babak penentuan dia berhasil meraih juara III. “Ya ini suatu karunia, aku yang tidak percaya diri awalnya, ternyata bisa juara III, aku akan memanfaatkan kesempatan jadi bagian duta kesehatan ini sebaik-baiknya,” sahut mahasiswi ITN ini menutup pembicaraan. (herli).