Dr. Michael Ardita, ST., MT, Doktor Bidang Ilmu Teknik Elektro – Telekomunikasi, dosen Prodi Teknik Elektro ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
itnmalangnews.id – Transportasi menjadi unsur penting bagi kehidupan bangsa. Adanya transportasi mendukung perkembangan dan pemerataan pembangunan di segala sektor. Terhubungnya daerah satu dengan lainnya lewat transportasi secara efisien, aman, dan nyaman menjadi dambaan bagi warga masyarakat.
Berkembangnya information dan technology (IT) tentu sangat membantu dalam perkembangan transportasi. Perkembangan teknologi telah membuat bermunculannya smart-city di berbagai negara. Pemanfaatan, intelligent transportation system akan membantu menyelesaikan berbagai persoalan seperti ticketing, mengatur dan mengurai kemacetan lalu lintas, melihat informasi kepadatan lalu lintas, memantau lokasi kendaraan, dan lain sebagainya.
Baca juga: ITN Malang Buka Program Studi Magister Teknik Elektro (S-2), Sebentar Lagi Menyusul Program S-3
Bermula dari hal tersebut, Dr. Michael Ardita, ST., MT, Dosen Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) melakukan penelitian tentang sistem komunikasi nirkabel untuk mendukung sistem transportasi cerdas (intelligent transportation system – ITS). Disertasi berjudul Jaringan Komunikasi Data Nirkabel Multi-Channel dan Multi-Platform untuk Mendukung Intelligent Transportation System (ITS) membawanya mendapat gelar Doktor Bidang Ilmu Teknik Elektro – Telekomunikasi, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2023 lalu.
Menurut Michael, salah satu komponen pendukung dari smart-city adalah intelligent transportation system (ITS). Salah satu bagian dari ITS yang memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia saat ini adalah advanced public transportation system (APTS). APTS secara umum terdiri dari beberapa On-Board Unit – (OBU) yang terletak di dalam kendaraan umum dan traffic management system (TMC).
Salah satu pilar pada smart city adalah smart mobility dimana salah satu pendukungnya adalah sistem transportasi cerdas (ITS). Sistem komunikasi nirkabel yang handal diperlukan pada ITS untuk komunikasi antara OBU dengan TMC.
“Tujuan komunikasi dua arah tersebut salah satunya untuk manajemen transportasi publik, dan ticketing elektronik. Nah, ini yang membutuhkan jaringan nirkabel yang handal. Kalau jaringan kurang bagus bisa mengakibatkan antrian panjang pada proses tiket elektronik. Maka, untuk memperlancar perlu ketersediaan layanan komunikasi dengan kehandalan yang cukup tinggi,” kata Michael. Jaringan nirkabel adalah teknologi canggih yang memungkinkan sebuah koneksi tanpa adanya kabel penghubung antara OBU dengan TMC karena armada/kendaran selalu bergerak.
Untuk menghasilkan jaringan komunikasi nirkabel yang handal memerlukan infrastruktur yang cukup baik, dan melingkupi seluruh wilayah kota. Karena infrastruktur jaringan nirkabel privat milik pemerintah kota pada umumnya tidak tersedia secara luas, maka sistem komunikasi nirkabel lain yang dapat dipergunakan adalah jaringan seluler.
Dikatakan Michael, masalah utama yang muncul pada komunikasi bergerak adalah fenomena kekuatan sinyal radio yang tidak selalu bagus antara BTS dengan perangkat modem bergeraknya. Kondisi ini dapat menyebabkan komunikasi nirkabel kadangkala lancar dan kadangkala terputus hingga beberapa saat. Maka, pada penelitian ini Michael mengusulkan suatu protokol baru dengan reliabilitas tinggi pada komunikasi data nirkabel antara OBU dengan TMC.
Baca juga: Mahasiswa Arsitektur ITN Malang Raih Terbaik III Duta Investasi Kota Malang 2023
“Komunikasi nirkabel yang banyak tersedia adalah seluler. Tapi tidak merata di semua area. Di daerah pinggir (kota) kadang BTS-nya cakupan layanan tidak tersedia. Pengguna blok BTS padat (ramai) sehingga komunikasinya tidak lancar juga. Maka ini yang harus diatasi,” beber dosen, sekaligus Kaprodi Magister Teknik Elektro, Program Pascasarjana, ITN Malang ini.
Untungnya di Indonesia ada beberapa operator seluler yang independen. Michael menggunakan multi channel (banyak saluran). Protokol komunikasi dengan menggabungkan beberapa provider dalam satu sistem inilah yang menjadi kebaruan dalam penelitiannya. Satu perangkat elektronik yang secara otomatis memilih jaringan paling optimal. Tujuannya agar masing-masing operator bisa saling melengkapi. Hampir semua operator dipakai dalam penelitiannya, seperti Telkomsel, Indosat, XL, dan lain sebagainya.
Realisasi di lapangan, untuk komunikasi antara OBU dan TMC yang memerlukan kehandalan tinggi, maka paling tidak harus ada dua provider komunikasi nirkabel. Tujuannya untuk saling melengkapi ketika salah satu provider layanannya ada yang sedang kurang bagus, maka provider lain jaringannya bisa digunakan untuk komunikasi. Serta untuk mendapatkan kualitas yang kontinu selalu lancar tidak bisa, karena ada saat-saat tertentu suatu provider ada ketidaklancaran.
“Dengan menggunakan multi saluran, kalau salah satu sedang bermasalah komunikasi bisa memakai provider lain. Kebutuhan yang memiliki tingkat urgensi tinggi jangan sampai menunggu lama untuk mendapatkan jaringan bagus, meskipun secara biaya agak sedikit mahal,” kata alumnus S-1 ITS Surabaya ini. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)