
itnmalangnews.id – Warga RW I Kelurahan Rampal Celaket, Kecamatan Klojen, Kota Malang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dalam bentuk urban farming. Setiap penghuni rumah memiliki kesadaran menanam sayur dan buah untuk dikonsumsi sendiri maupun dibuat olahan. Kader lingkungan Kampung Ramqisa yang ada di RW I juga mengolah lahan ruang terbuka hijau untuk membudidayakan buah markisa.
Dwi Ana Anggorowati, ST,MT, (kanan) menyerahkan mesin multifungsi karya dosen ITN Malang kepada Ibu Dewi, Kader Kampung Ramqisa. (Foto: Istimewa)
Baca juga: www.itn.ac.id
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 telah melandasi terwujudnya kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan dengan pengaturan ruang terbuka hijau. Akan tetapi, dalam proses mengolah produk unggulan warga masih menemui kendala. Tanaman buah markisa berhasil tumbuh, tetapi keunggulan produk sari buah markisa belum sesuai harapan. Produk ini memiliki masa simpan yang relatif singkat karena metode produksi cenderung konvensional dan kurang efisien.
Masalah tersebut menarik perhatian tim dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang terdiri dari: Dwi Ana Anggorowati, ST,MT, Dr. Nanik Astuti Rahman, ST,MT, dan Maranatha Wijayaningtyas, ST,M.MT,Ph.D. Mereka berkolaborasi membuat program pengabdian masyarakat di RW I Rampal Celaket.
“Tujuan kami membuat mesin pengolah buah markisa, agar sari buah markisa memiliki masa simpan yang lebih lama tanpa harus menambahkan bahan pengawet,” kata Dwi Ana kepada itnmalangnews.id.
Ketiga dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) ini pun membuat mesin multifungsi yang bisa berfungsi sebagai pengaduk, filler, dan pemanas dengan suhu terkontrol. Mesin ini membuat proses produksi sari buah markisa tidak memerlukan banyak wadah.
“Satu bejana bisa digunakan mulai untuk produksi sampai proses pengemasan, sehingga bisa meminimalkan kontaminasi mikroorganisme. Selain itu produk juga memiliki daya simpan makin lama,” lanjut dosen Teknik Kimia ini.
Metode lama membutuhkan waktu pengolahan 1,5 jam dengan kapasitas maksimal 10 liter/resep. Dengan mesin baru bisa mengolah sampai 20 liter/resep dalam waktu 1 jam saja. Sementara untuk masa simpan sebelumnya hanya dua hari di suhu ruang dan 10 hari di dalam lemari pendingin. Sekarang dengan mesin multifungsi bisa satu bulan di suhu ruang untuk botol besar dan satu minggu untuk botol kecii. Sedangkan dilemari pendingin bisa bertahan sampai tiga bulan untuk botol besar dan 10 hari untuk gelas kecil.
Mesin multifungsi diserahkan pada RW I pada 12 September 2019 lalu. Untuk memastikan mutu, tim juga melakukan analisis produk. “Kadar vitamin C dalam minuman 5,62 mg/100gr. Minuman pun layak konsumsi dan terjamin lebih awet sebab tidak ditemukan bakteri E. Coli,” pungkas Dwi Ana. (ata)